Esther Indef: Selama Gemar Utang dan Impor, Rupiah akan Tetap Terlemah di Asia
Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti mengatakan, lemahnya rupiah karena kebutuhan dollar AS tinggi sementara supply dollar AS di Indonesia masih kurang memenuhi kebutuhan tersebut
Foto: istimewaJAKARTA-Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti mengatakan, lemahnya rupiah karena kebutuhan dollar AS tinggi sementara supply dollar AS di Indonesia masih kurang memenuhi kebutuhan tersebut
Tingginya kebutuhan dollar AS karena untuk membayar utang luar negeri, kemudian ?untuk kebutuhan impor barang ditambah untuk transaksi pembayaran lain lain
"Makanya pemerintah harus mengurangi penarikan utang baru dari luar. Begitu juga kebergantungan impor harus dikurangi, biar rupiah bisa menguat,"tegas Esther di Jakarta, Minggu (19/1)
Kuncinya papar Esther, jika ingin Nilai tukar rupiah terapresiasi (menguat) maka harus meningkatkan produktivitas untuk mendongkrak kapasitas ekonomi
Upaya mengatasi pelemahan rupiah ujarnya harus dilakukan dengan membenahi faktor faktor fundamental, seperti membangun industri manufaktur dan meningkatkan produksi pangan.
"Intinya Rupiah harus stabili karena faktor fundamental bukan karena temporer saja,"tandas Esther.
Tanpa perbaikan fundamental, rupiah sulit akan bersaing dengan mata uang lain di Asia.
Keputusan mengejutkan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan BI Rate 0,25 persen menjadi 5,75 persen menyebabkan nilai tukar rupiah sulit menguat lebih dari mata uang Asia lainnya.
Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan risiko ketidakpastian global karena faktor geopolitik belum reda di pasar keuangan, sehingga pelaku pasar butuh suku bunga lebih tinggi dalam waktu yang lebih lama. Padahal, indeks dollar Amerika Serikat (AS) sudah mengalami pelemahan menjadi 108,6 dan yield obligasi AS turun jadi 4,61 persen.
- Baca Juga: Optimalkan Modernisasi Sektor Perikanan
- Baca Juga: Perkuat Sinergis, IKPI Gelar Rakor Tahunan
Bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) juga kata Rully sudah memberikan pernyataan dovish yang berefek terhadap kurs rupiah. “The Fed tidak menghilangkan peluang penurunan suku bunga di paruh pertama tahun ini, bahkan di meeting Maret jika inflasi terus membaik,” katanya.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Desa Wisata Jatijajar Depok
- 2 Tunjangan Dosen Terkendala, Ini Penjelasan Mendiktisaintek
- 3 Ayo Dukung Penguatan EBT, Irena Jadikan Asean sebagai Prioritas Percepatan Transisi Energi
- 4 Cegah Penularan, Pemprov Jatim Salurkan 7.000 Dosis Vaksin PMK ke Pacitan
- 5 Guterres: Umat Manusia telah Membuka “Kotak Pandora” yang Penuh Masalah
Berita Terkini
- Pengwil Jateng INI Gelar Perayaan Natal 2024 dan Baksos di Surakarta
- TikTok Sudah Tidak Bisa Diakses Lagi di AS
- Barcelona Ditahan Imbang Getafe 1-1, Rekor Tanpa Kemenangan Berlanjut
- Zlatan: Walker dan Rashford Bisa Jadi Aset untuk AC Milan
- Jelang Pelantikan, Trump Sebut Tema Pidatonya tentang 'Persatuan, Kekuatan dan Keadilan'