Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Es Krim Mixue Jadi Senjata ‘Soft Power’ Tiongkok di Asia Tenggara

Foto : The Conversation/Shutterstock/AsepSur

Papan sebuah gerai Mixue di Tasikmalaya, Jawa Barat.

A   A   A   Pengaturan Font

Gerai pertama Mixue di Indonesia hadir di Bandung pada 2020. Pertumbuhannya yang pesat membuat masyarakat penasaran. Hal ini kemudian mendorong berbagai platform media untuk memberitakan tentang asal mula brand Mixue, siapa pemiliknya, dan bahkan arti namanya ("salju yang manis seperti madu"). Banyak orang kemudian mengungkapkan kegembiraannya ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan sertifikat halal untuk Mixue.

Menurut pemberitaan, Mixue juga telah membantu mengatasi pengangguran dengan merekrut tenaga kerja lokal. Dengan popularitas yang kian meroket di Indonesia, kehadiran Mixue baik secara langsung maupun tidak langsung juga telah membantu upaya Cina untuk meningkatkan citranya di Tanah Air.

Persepsi negatif tentang Cina

Pada dasarnya, sentimen negatif terhadap Cina masih relatif tinggi di kalangan masyarakat Indonesia. Sebuah survei pada 2022 oleh ISEAS-Yushof Ishak mengungkapkan bahwa 65,9% responden Indonesia menyatakan khawatir atas makin intensifnya pengaruh Cina dalam perekonomian Indonesia. Sementara itu, sebanyak 25,4% responden Indonesia menilai kebangkitan ekonomi Cina berpengaruh negatif terhadap Indonesia

Pemerintah Cina sendiri terus mendorong perusahaan-perusahaan dari negara tersebut untuk berekspansi ke luar negeri. Sebab, ekspansi akan menguntungkan tak hanya secara ekonomi saja, melainkan juga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan citra positif Cina di ranah global.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top