Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

"El Clasico" Pilpres

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Tidak bisa dipungkiri, dewasa ini tiap kubu pendukung telah terjebak pada titik petarungan psikologis yang hanya menyentuh perdebatan kulit ansich. Maka, tidak menutup kemungkinan jika pertarungan kelak mengulang kegaduhan pemilu tahun 2014. Wajah demokrasi seperti inilah yang relevan dengan pernyataan Jean Jacques Rousseau. Dia pernah ditanya, "Apa yang menyebabkan Imperium Romanum runtuh?" Rousseau menjawab, "Demokrasi ibarat buah yang bagus untuk pencernaan, tapi hanya lambung sehat yang mampu mencerna." Jangan-jangan "lambung" yang rakyat miliki sebagai prasyarat untuk mencerna demokrasi sejatinya telah sakit.

Bagi sebagian orang, pertarungan klasik sangat ditunggu-tunggu karena ada persoalan harga diri dan eksistensi yang dipertaruhkan. Tidak menutup kemungkinan pertarungan seperti inilah yang akan terjadi antara Jokowi dan Prabowo. Padahal dalam nalar demokrasi, tidaklah penting soal harga diri dan eksistensi. Sebab pertarungan ini bukanlah antara dua orang yang mencari ketenaran.

Di sinilah titik krusialnya. Partai politik pengusung harus mampu menghadirkan narasi politik yang cerdas dan mencerahkan. Kata kuncinya ada pada penguatan literasi politik masyarakat dengan menyuguhkan gagasan-gagasan solutif persoalan bangsa. Warga jangan lagi digiring pada nalar sesat yang hanya berbicara pada persoalan personal sehingga memungkinkan munculnya kampaye hitam.

Disiapkan

Baca Juga :
Curi Start Pilpres

Dalam sebuah pertarungan, ada beberapa yang perlu disiapkan selain menunjukkan performa figur yang bertarung. Satu yang tidak kalah penting, persoalan aksesibilitas yang memungkinkan warga mengakses informasi secara utuh tentang kandidat yang akan bertarung. Parpol pengusung harus bertanggung jawab penuh untuk menyajikan informasi yang benar, tanpa harus menyerang lawan politik. Kecerdasan publik dalam meramaikan kontestasi politik sangat dipengaruhi perilaku politik para kontestan, sehingga nantinya preferensi politik rakyat benar-benar didasarkan pada informasi valid. Rasionalitas publik dalam memilih menjadi garansi yang harus diperhatikan setiap kandidat agar pertarungan berlangsung fair.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top