![Ekspor Tersendat, Bank Sentral Jangan Boroskan Devisa](https://koran-jakarta.com/images/article/php4szlhh_resized.jpg)
Ekspor Tersendat, Bank Sentral Jangan Boroskan Devisa
![Ekspor Tersendat, Bank Sentral Jangan Boroskan Devisa](https://koran-jakarta.com/images/article/php4szlhh_resized.jpg)
Oleh karena itu, kenaikan BI-7 Day Reverse Repo Rate diharapkan bisa meningkatkan return aset investasi dalam rupiah, dan menahan laju keluarnya dana asing (capital outflow) "Sebaliknya, jika BI terlambat naikkan bunga acuan maka rupiah rentan terus melemah dan cadev akan terus tergerus," tukas dia.
Sebelumnya, BI mengungkapkan era suku bunga murah atau rendah sudah selesai. Saat ini, sistem moneter dunia terus berkembang dan kondisi ekonomi global memengaruhi kebijakan moneter secara keseluruhan.
"Dunia sudah semakin yakin sistem moneter tengah berkembang. Dunia juga memahami era bunga murah sudah ditinggalkan," ujar Gubernur BI, Agus Martowardojo, Kamis (3/5). "Sekarang eranya bunga tinggi.
Apalagi kenaikan bunga acuan AS bisa lebih dari tiga kali," imbuh Agus. BI saat ini masih mempertahankan suku bunga acuan, BI-7 Day Reverse Repo Rate, di posisi 4,25 persen sejak September tahun lalu.
Di sisi lain, Bank Sentral AS pada Maret lalu menaikkan suku bunga acuan, Fed Fund Rate (FFR), sebesar 0,25 persen menjadi 1,5-1,75 persen. Namun, The Fed pada sidang kemarin masih mempertahankan posisi FFR.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya