Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Minggu, 16 Jul 2023, 18:07 WIB

Eks Penasihat Zelensky: Rencana Merebut Krimea akan Mengorbankan 200 Ribu Prajurit Ukraina

Pernyataannya datang di tengah serangan musim panas Ukraina yang banyak dipuji, tapi gagal membawa perubahan signifikan di medan perang hampir satu setengah bulan setelah diluncurkan.

Foto: Istimewa

KYIV - Mantan penasihat Presiden Ukraina, Vladimir Zelensky, Aleksey Arestovich, minggu ini mengatakan, biaya untuk merebut Semenanjung Krimea akan terlalu tinggi bagi Kyiv. Meskipun ada harapan berhssil, operasi menguasai wilayah yang dianeksasi oleh Rusia pada 2014 itukemungkinan akan menyebabkan ratusan ribu korban, katanya kepada jurnalis Rusia, Yulia Latynina.

"Ada sedikit prospek merebut Semenanjung Krimea melalui cara militer," kata Arestovich, membahas opsi yang tersisa untuk Kyiv dalam konfliknya dengan Moskow.

"Berapa biayanya? Pemusnahan 200 ribu populasi laki-laki dewasa?" dia bertanya, mengacu pada jumlah tentara yang kemungkinan besar akan tewas dari Ukraina.

"Perekonomian Ukraina juga bisa hancur total dalam prosesnya," tambahnya memperingatkan.

Dikutip dari Russia Today, ia mengatakan, Kyiv sudah "sepenuhnya bergantung" pada sekutu. Jika AS dan sekutunya berhenti memasok senjata ke pasukan Ukraina, mereka tidak hanya tidak dapat merebut kembali wilayah yang dikuasai Rusia itu, tetapi juga akan berjuang untuk mempertahankan posisi mereka saat ini, katanya.

Arestovich juga menuduh Washington dan sekutunya mengejar kepentingan mereka sendiri dalam konflik tersebut.

"Jujur saja: Tujuan kebijakan luar negeri kami dalam perang ini sangat kontras dengan tujuan kebijakan luar negeri dari sponsor dan pendukung kami," katanya, seraya menambahkan bahwa Barat bersedia mengorbankan nyawa pasukan Ukraina untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Ukraina sekarang hanya dapat mempengaruhi para pemimpin Barat pada tingkat "emosional" , kata mantan penasihat presiden itu, menambahkan bahwa Kyiv seharusnya berfokus pada membangun kedaulatannya sendiri.

"Kami membutuhkan hubungan, berdasarkan keuntungan nyata. Itulah satu-satunya hal yang mereka (Barat) pahami," ujarnya.

Namun, Ukraina tidak bisa begitu saja meninggalkan pendukung Baratnya dan mengejar tujuannya sendiri "dengan biaya berapa pun," kata mantan penasihat itu, mengatakan ini akan menjadi "jalan buntu" bagi Kyiv, dan satu-satunya cara adalah prospek bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai gantinya untuk perdamaian dengan Rusia.

"Hentikan perang dan bergabung dengan NATO? Banyak orang akan mengatakan itu adalah kesempatan sejarah," kata Arestovich.

Dia juga menggambarkan jaminan NATO sebagai imbalan untuk menyetujui perdamaian dengan Rusia di sepanjang jalur kontak saat ini sebagai "kesepakatan yang cukup bagus". Menurutnya, perjanjian itu juga kemungkinan akan meminta Barat untuk mencabut beberapa sanksi terhadap Rusia untuk meyakinkan Moskow agar menyetujui persyaratan tersebut.

Pernyataannya datang di tengah serangan musim panas Ukraina yang banyak dipuji, tapi gagal membawa perubahan signifikan di medan perang hampir satu setengah bulan setelah diluncurkan.

Pasukan Ukraina tyrut menderita kerugian selama serangan mereka terhadap pertahanan Rusia, termasuk kendaraan lapis baja berat yang dipasok Barat, Menurut media Barat, para pendukung Kyiv juga dibuat frustrasi oleh lambatnya operasi tersebut.

Moskow telah berulang kali mengisyaratkan siap untuk pembicaraan damai dengan Ukraina. Arestovich juga menyalahkan Kyiv atas kurangnya kemajuan dalam diplomasi, mengutip sebuah dekrit yang ditandatangani tahun lalu oleh Zelensky yang melarang pembicaraan selama Presiden Rusia, Vladimir Putin tetap berkuasa.

Kyiv mengajukan rencana perdamaiannya sendiri, menuntut Rusia menarik pasukannya dari semua wilayah dalam perbatasan Ukraina tahun 1991,namun Moskow telah menolak proposal tersebut.

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.