Ekonomi Global Berisiko Tumbuh Lebih Rendah Tertekan Inflasi
Gubernur BI, Perry Warjiyo
Pakar Ekonomi Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, mengatakan kenaikan suku bunga acuan jangka pendek lebih agresif sebesar 50 basis poin dibandingkan bulan lalu yang naik 25 basis poin menunjukkan eskalasi preferensi terhadap stabilisasi harga dan nilai tukar lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi.
"Berdasarkan hal ini, pemerintah perlu melakukan kebijakan fiskal agar daya beli konsumen tidak merosot drastis. Pertumbuhan ekonomi kembali perlu didukung dari sisi konsumsi, dengan berbagai insentif," ungkap Suhartoko.
Diminta terpisah, Peneliti Mubiyarto Institute, Awan Santosa, menegaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terkoreksi seiring tekanan inflasi usai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang menggerus daya beli masyarakat.
Ekonomi Indonesia juga rentan bergejolak apabila pertumbuhan ekonomi global terganggu atau turun. Dia menyarankan agar pemerintah melakukan diversifikasi pasar ekspor dan tidak terus bergantung ke negara maju. "Kerja sama multilateral perlu ditingkatkan," tegas Awan.
Pemerintah juga perlu fokus memperbaiki daya beli masyarakat melalui berbagai stimulus fiskal agar mengungkit pertumbuhan konsumsi domestik yang menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya