Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 13 Jul 2024, 00:24 WIB

Dokter Spesialis Ini Sebut Rutinitas Olahraga Cegah Serangan Jantung Saat Padat Bekerja

Ilustrasi - Atlet Senam Artistik Sumatera Utara Najwa Alia Jahra (kiri) dan Stefany Kartika Dewi (kanan) berlatih di Gedung Jepta Hutabarat, Medan, Sumatera Utara, Selasa (9/7/2024).

Foto: ANTARA/Fransisco Carolio

Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Siaran Radio Kesehatan mengingatkan pentingnya rutinitas olahraga di tengah kepadatan bekerja guna mencegah terjadinya serangan jantung.

"Kalau orang kerja keras nih yang terjadi adalah kecapekan, habis itu mereka tidak olahraga bahkan bisa sampai setahun nggak pernah olahraga nah itu yang membuat bahaya kesehatan, tidak ada aktivitas fisik. Jadi pekerja keras harus tetap tahu cara untuk sehat, work life balance-nya harus diusahakan," jelas dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Mega Febrianora secara daring di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan seseorang yang memilih tidak berolahraga rutin karena merasa sudah mendapatkan perasaan letih dari aktivitas pekerjaannya justru rentan terkena berbagai penyakit selain serangan jantung, seperti diabetes dan obesitas.

Mega menerangkan olahraga yang benar tidak sekadar aktivitas fisik yang memberikan perasaan letih atau berkeringat, namun harus memberikan kenaikan denyut jantung. Oleh karena itu, segala aktivitas fisik selama bekerja sudah pasti tidak dapat dikategorikan sebagai olahraga.

Ia menyebutkan pula total durasi aktivitas olahraga sebaiknya dilakukan paling sedikit 150 menit selama satu minggu, dengan rata-rata durasi berkisar 20 menit setiap hari yang diikuti dengan kenaikan denyut jantung.

"Jadi meskipun sudah lelah bekerja, tetap harus berolahraga untuk menjaga dari sisi kardiovaskuler, muscle, otak dan olahraga kan juga mengurangi reaksi stres oksidatif," imbuhnya.

Namun begitu, Mega juga mengingatkan agar tiap individu memahami limitasi masing-masing dalam berolahraga agar meminimalisasi cedera maupun henti jantung akibat kelelahan saat berolahraga.

"Pasien jantung sekalipun ada proporsi olahraganya, tidak boleh terlalu berat karena akan membahayakan jantung, tetapi jangan juga terlalu ringan nanti nggak tercapai definisi olahraganya. Jadi mesti disesuaikan dengan kemampuan fisik individu dan kinerja jantung," katanya.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.