Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Teknologi CCS

Diragukan Bisa Mempercepat Transisi Energi

Foto : ISTIMEWA

menuju net zero emission

A   A   A   Pengaturan Font

Pengalaman proyek CCS/ CCUS di banyak negara menunjukkan kalau kinerja teknologi ini di bawah tingkat yang diharapkan dan sangat mahal. Di Indonesia pun CCS untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) layak kalau harga CO2 di atas 100 dollar AS per ton.

Peneliti dari Sustainability Learning Center (SLC), Hafidz Arfandi, mengatakan secara ekonomi, biaya CCS cukup besar dan multiplier effect-nya relatif minim. Belum banyak proyek komersial di luar negara maju yang berhasil.

Sampai saat ini sudah ada 16 proyek yang digadang-gadang SKK Migas untuk mengembangkan teknologi CCS dan tahap uji coba proyek baru ditargetkan beroperasi 2030.

"Kalau melihat kaitan CCS dalam pemenuhan tenaga listrik sebenarnya orientasinya hanya pengurangan beban emisi dari sumber PLTU batu bara, namun apakah benar titik operasi pembangkit dan titik storage-nya sinkron?" katanya.

Namun, lanjut Hafidz, yang paling mungkin dikejar saat ini lebih pada carbon utilization, misalnya pemanfaatan kabon dari industri pupuk dan kimia yang memproduksi amonia untuk menjadi bahan baku kimia turunan semisal metanol atau industri lainnya yang berkaitan, bisa juga memanfaatkan karbon dari sisa industri migas untuk proses enhanced oil recovery (EOR) dengan diinjeksi ke sumur yang tidak produktif, tetapi juga perlu kajian teknis untuk memastikan fisibilitasnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : M. Selamet Susanto
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top