Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 05 Nov 2024, 06:25 WIB

Diadopsi dari Generasi ke Generasi

Ziggurat.

Foto: Asaad NIAZI/AFP

Pembangunan ziggurat awal terbatas di kota-kota Sumeria selatan seperti Nippur, Uruk, Ur, dan Eridu. Namun, ketika kekuatan politik Mesopotamia bergeser ke wilayah Mesopotamia tengah di Babilonia pada awal milenium kedua SM, pembangunan ziggurat pun ikut bergeser.

Raja-raja Amori dari dinasti pertama Babilonia (sekitar tahun 1894-1595 SM) membangun secara ekstensif di seluruh Babilonia dan Mesopotamia tengah. Raja-raja Amori terkesan dengan ziggurat Sumeria di selatan dan mereka mengikutinya dengan mendirikan ziggurat di Kish, Babilonia, Borsippa, dan Sippar.

Bangsa Kassites (sekitar tahun 1374-1155 SM) adalah dinasti besar berikutnya yang memerintah Babilonia setelah bangsa Amori. Mereka menerima sebagian besar gagasan keagamaan dan arsitektur dari para pendahulu mereka.

Orang Kassites adalah pembangun ziggurat yang kurang ambisius, mereka hanya membangun satu ziggurat terkenal di Kota Dur-Kurigalzu. Ini tidak berarti bahwa orang Kassites tidak terkesan dengan ziggurat, hanya saja sudah ada banyak bangunan seperti itu di Babilonia ketika orang Kassites berkuasa.

“Pada akhir milenium kedua SM, ziggurat telah menjadi begitu penting sehingga diadopsi oleh orang Asyur di Mesopotamia utara dan orang Elam,” tulis Jared Krebsbach, seorang doktor sejarah yang khusus mempelajari sejarah ziggurat Mesopotamia pada laman The Collector.

Orang Elam tinggal di sebelah timur Mesopotamia di wilayah Elam, yang sekarang merupakan wilayah Iran barat daya. Meskipun orang Elam mengadopsi banyak dewa dari jajaran dewa Sumeria-Akkadia-Babilonia, mereka juga mempertahankan banyak dewa mereka sendiri.

Di antara dewa-dewa Elam yang paling penting adalah Napirisha, dewa utama, dan Inshushinak, dewa pelindung ibu kota Elam, Susa. Raja Elam Untaash-Napirisha (sekitar 1340-1300 SM) membangun kota baru yang dinamai sesuai namanya (al-Utash-Napirisha) yang didedikasikan untuk dirinya sendiri dan dewa Napirisha.

Di tengah kota terdapat kompleks kuil besar dan di tengah kompleks tersebut terdapat salah satu ziggurat paling mengesankan di dunia kuno. Ziggurat, yang termasuk yang paling terawat, terbuat dari jutaan batu bata panggang yang ditempatkan dalam beberapa baris.

Bangsa Asyur menaklukkan sebagian besar Timur Dekat selama masa pemerintahan Raja Assurnasirpal II (memerintah 853-859 SM). Meskipun Assurnasirpal tidak memerintah terlalu lama, ia membangun banyak ciri khas budaya dinasti Neo-Asyur, termasuk pembangunan ziggurat yang ekstensif. Bangsa Asyur membangun ziggurat di banyak kota mereka, termasuk Ashur, Dur-Sharrukin, Kalhu/Nimrud, dan Kar-Tukulti-Ninurta. Sejarawan Yunani dan jenderal militer Xenophon mencatat sisa-sisa ziggurat Assurnasirpal II di Khalu/Nimrud ketika ia mengunjungi situs tersebut pada tahun 399 SM.

Ia menulis: “Di dekat kota itu terdapat sebuah piramida batu, selebar seratus kaki, dan setinggi dua ratus kaki.” “Batu” yang dimaksud Xenophon kemungkinan adalah balok-balok bata panggang, yang memiliki masa pakai lebih lama daripada balok-balok tanah liat.

Dengan demikian, dimensi yang ia sebutkan menunjukkan bahwa pada suatu waktu itu merupakan ziggurat yang cukup mengesankan. Bangsa Asyur kemungkinan mengikuti metode konstruksi yang sama yang digunakan oleh orang-orang sebelumnya, tetapi mereka menambahkan satu fitur penting pada ziggurat mereka. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.