Demo Dukung Wapres Duterte Diikuti Lebih dari Sejuta Warga
Warga yang merupakan anggota kelompok agama yang berpengaruh di Filipina saat mengikuti aksi unjuk rasa damai di Manila pada Senin (13/1). Sekitar lebih dari sejuta warga Filipina berpartisipasi dalam unjuk rasa ini untuk menyuarakan penolakan pemakzulan
Foto: AFP/TED ALJIBEMANILA – Lebih dari satu juta orang bergabung dalam unjuk rasa di ibu kota Filipina yang diselenggarakan oleh kelompok agama yang menentang langkah Kongres untuk memakzulkan Wakil Presiden Sara Duterte, yang mungkin merupakan unjuk kekuatan untuk mengejutkan para pengkritiknya.
Anggota Iglesia ni Cristo dengan mengenakan kemeja putih, mengadakan unjuk rasa untuk perdamaian pada Senin (13/1) di tengah perseteruan yang semakin dalam antara Wapres Duterte dan Presiden Ferdinand Marcos Jr.
Sekitar 1,5 juta orang telah memenuhi Quirino Grandstand yang bersejarah di Kota Manila dan jalan-jalan di dekatnya hingga tengah hari, menurut polisi, menjelang acara pukul 4 sore.
Iglesia mempromosikan aksi demonstrasi tanggal 13 Januari yang dilakukan di sejumlah provinsi utama sebagai bentuk dukungan terhadap penentangan Presiden Marcos Jr terhadap langkah para legislator untuk menggulingkan wakilnya, saat hubungan antara dinasti politik paling populer di negara itu telah runtuh.
Aksi unjuk rasa besar-besaran di Manila ini menunjukkan bagaimana keluarga Duterte masih memegang pengaruh politik, meskipun tidak sekuat saat mantan Presiden Rodrigo Duterte berkuasa.
"Jika pesannya adalah untuk mengesampingkan politik dan mendukung pernyataan presiden untuk mengesampingkan pemakzulan, saya pikir banyak yang akan berpikir dua kali tentang pemakzulan," kata Senator Sherwin Gatchalian kepada stasiun radio lokal DWIZ.
“Dukungan dari Iglesia, yang dikenal dengan pemungutan suara secara blok, penting selama pemilu,” imbuh senator tersebut.
Filipina rencananya akan menyelenggarakan pemilihan paruh waktu pada Mei mendatang.
Upaya Melindungi
Sementara itu anggota parlemen France Castro, yang mendukung petisi pemakzulan terhadap wakil presiden, seperti dikutip oleh Inquirer, mengatakan bahwa aksi unjuk rasa ini merupakan upaya untuk melindungi Duterte dari akuntabilitas.
Saat ini Sara Duterte menghadapi tiga tuntutan pemakzulan, yang semuanya diajukan ke DPR pada bulan Desember, yang berpusat pada tuduhan bahwa ia menyalahgunakan dana publik. Wapres Duterte membantah telah melakukan kesalahan apapun.
Presiden Marcos Jr sendiri telah menjauhkan diri dari upaya untuk menggulingkan Duterte, dan menyebut keretakannya dengan wakil presiden tersebut sebagai sebuah “badai dalam cangkir teh”.
Pertikaian itu terjadi setelah Wapres Duterte mengatakan pada November lalu bahwa jika dia terbunuh, dia telah mengatur pembunuhan presiden, istrinya, dan sepupunya yang saat ini menjadi ketua DPR.
“Unjuk rasa ini dapat menjadi pengingat bagi kubu Marcos tentang apa yang telah dan masih dapat dilakukan oleh gerakan People Power untuk menggulingkan kediktatoran,” ucap Michael Henry Yusingco, seorang peneliti senior di Ateneo Policy Centre.
Pemberontakan massal Filipina telah menggulingkan pemerintahan di masa lalu, menggulingkan mendiang diktator Marcos pada tahun 1986 dan memakzulkan pemimpin Joseph Estrada pada tahun 2001. ST/Bloomberg/I-1
Berita Trending
- 1 Dorong Industrialisasi di Wilayah Transmigrasi, Kementrans Jajaki Skema Kerja Sama Alternatif
- 2 Tak Sekadar Relaksasi, Ini 7 Manfaat Luar Biasa Terapi Spa untuk Kesehatan
- 3 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 4 Industri Kosmetik Nasional Sedang 'Glowing', tapi Masyarakat Perlu Waspada
- 5 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
Berita Terkini
- Penerimaan Sektor Kepabeanan dan Cukai pada 2024 Tumbuh 4,9 Persen
- Ekonomi Nasional Diproyeksikan Tumbuh 5,2 Persen pada 2025
- Desersi, Seorang Bintara Polda Sulsel Dipecat dengan Tidak Hormat
- Penyaluran SPHP 2024 Jangkau 366 Pasar dan 272 Ritel
- Produksi GKP pada kuartal I-2025 Diprediksi Capai 18 Juta Ton