Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Seleksi Alam

Dampak Antropogenik Mendorong Hewan Melakukan Evolusi

Foto : Wikimedia
A   A   A   Pengaturan Font

Selama rentang waktu evolusi yang panjang, seleksi alam telah mendukung hubungan yang erat antara suhu sekitar dan dimulainya musim kawin bagi banyak hewan, termasuk burung. Hormon yang terkait dengan reproduksi mulai bekerja saat cuaca menghangat membuat burung kawin, membangun sarang, dan membawa makanan pulang untuk disimpan di mulut anak-anaknya yang sedang menunggu.

Bagi burung layang-layang pohon (Tachycineta bicolor), musim semi adalah pemicu yang memulai reproduksi itu. Namun, pemicu itu sekarang ditarik lebih dini yang sebagian besar sebagai akibat dari peningkatan emisi karbon dioksida dimana suhu musim semi rata-rata untuk burung layang-layang pohon yang hidup di New York utara meningkat sekitar 1,9 derajat Celsius antara tahun 1972 dan 2015, dan kala itu musim semi dimulai lebih awal.

Selama periode yang sama, burung layang-layang pohon mulai berkembang biak 13 hari lebih awal. Isyarat lingkungan yang digunakan burung untuk menentukan waktu berkembang biak menjadi tidak sesuai dengan kondisi mereka yang berubah.

Karena ketidaksesuaian ini, burung layang-layang yang sedang berkembang biak berisiko mengalami cuaca dingin yang tidak akan mereka alami. Cuaca dingin ini tidak secara langsung memengaruhi kelangsungan hidup burung dewasa, tetapi mengurangi aktivitas mangsa serangga yang dibawa burung layang-layang untuk anak-anaknya yang lapar.

Induk burung tidak dapat menemukan cukup makanan untuk anak-anaknya, yang membuat anak-anaknya cenderung tidak dapat bertahan hidup dan bereproduksi. Dengan menggunakan data dari 11.236 anak burung dari lebih dari 2.000 sarang, J Ryan Shipley, yang sekarang bekerja di Institut Federal Swiss untuk Penelitian Hutan, Salju, dan Bentang Alam, dan rekan-rekannya menemukan bahwa anak burung layang-layang pohon yang menetas antara 2011 hingga 2015 dua kali lebih mungkin mengalami cuaca dingin selama perkembangan awal mereka dibandingkan burung yang menetas pada 1970-an.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top