Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

ChatGPT Matikan Tugas Esai Mahasiswa, Filsuf Bilang Itu Omong Kosong

Foto : The Conversation/Shutterstock

Bahwa murid dan mahasiswa bisa menggunakan ChatGPT untuk melakukan kecurangan dengan lebih efisien tidak semestinya dijadikan lendasan untuk mengklaim bahwa tugas esai telah “mati”.

A   A   A   Pengaturan Font

Filsuf Evan Selinger menjelaskan ini dengan baik:


"OpenAI tidak bisa membuat teknologi yang benar-benar peduli karena ini butuh kesadaran, pengalaman internal, perspektif yang independen, dan emosi. Untuk bisa peduli, kita harus melihat sesuatu dengan perspektif, menunjukkan rasa hormat, tersinggung pada saat yang tepat, dan menawarkan rasa persahabatan dan saling percaya (camaraderie)."

Inilah kenapa ChatGPT, dengan segala sifatnya, tidak bisa melakukan hal-hal yang seharusnya menjadi poin pengujian dari tugas esai. Berbagai "esai" yang ia hasilkan tak peduli terhadap kebenaran, menunjukkan nol pemahaman, dan bahkan tak punya sedikitpun rasa kepedulian terhadap apapun yang ia katakan.

Taruhan yang nyata

Apa yang harusnya kita jadikan poin penilaian atau tujuan dari tugas esai? Kemampuan menulis seperti apa yang akan menjadi aset berharga bagi murid dan mahasiswa? Ada banyak jawaban yang masuk akal, dan semuanya akan bervariasi dari satu ruang kelas ke ruang kelas yang lain.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top