ChatGPT Matikan Tugas Esai Mahasiswa, Filsuf Bilang Itu Omong Kosong
Bahwa murid dan mahasiswa bisa menggunakan ChatGPT untuk melakukan kecurangan dengan lebih efisien tidak semestinya dijadikan lendasan untuk mengklaim bahwa tugas esai telah “mati”.
Di luar fungsi-fungsi jalan pintas yang sudah ditawarkan oleh perangkat dan sistem digital lainnya, bahkan sebelum adanya ChatGPT, murid dan dunia pendidikan kemungkinan telah melupakan beberapa kompetensi dan nilai yang seharusnya menjadi tujuan dari tugas esai - yaitu penilaian (judgement) dan kepedulian murid.
Sudah ada banyak "jalan pintas"
Apakah ini berarti pendidik perlu berhenti sejenak dan memikirkan - bahkan mengubah - beberapa metode pengajaran dan asesmen yang selama ini digunakan? Tentu saja.
Apakah ChatGPT mengindikasikan matinya pemikiran kritis? Justru sebaliknya.
Pertama, mari kita pertimbangkan keadaan sebelum ChatGPT hadir. Beragam layanan daring terkait peringkasan teks dan analisis kilat yang menawarkan jalan pintas bagi murid yang membuat mereka tak perlu susah payah membaca dan memahami, sudah lama ada.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya