Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Cara Mengatasi Depresi dengan Keseimbangan Hidup ala Stoikisme, Apa Itu?

Foto : The Conversation/Shutterstock/Luc Emergo

Patung Epictetus, seorang filsuf Yunani Stoic yang punya pandangan hidup stoisisme, di Roma, Italia.

A   A   A   Pengaturan Font

Penggunaan istilah "stoik" lebih merujuk pada bundaran tiang penopang yang mendukung teras tempat Zeno mengadakan diskusi dan pengajaran.

Secara umum, sejarah stoikisme dapat dibagi menjadi tiga periode. Pertama, ada Stoa awal yang mencakup tokoh-tokoh seperti Zeno (334-262 SM), Chrisipus (280-206 SM), dan Cleanthes (331-232 SM). Kedua, ada Stoa perantara yang dikembangkan oleh Panaetius dari Rhodes (185-110 SM) dan Posidonius dari Apamae (135-51 SM). Pamungkasnya, terdapat Stoa akhir atau yang juga dikenal sebagai Stoikisme Romawi yang dipengaruhi oleh pemikiran Lucius Annaeus Seneca (1-65 M), Epictetus (55-135 M), dan Marcus Aurelius (121-180 M).

Buku Ataraxia: Bahagia Menurut Stoikisme karya A. Setyo Wibowo mengungkapkan bagaimana dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang cenderung lebih fokus pada aspek-aspek yang berada di luar jangkauan atau kendali mereka.

Padahal, kunci untuk mencapai kebahagiaan, kekuatan diri, dan kebijaksanaan sebenarnya terletak pada kemampuan kita untuk memusatkan perhatian pada hal-hal yang berada di dalam kendali kita, bukannya terjebak dalam kecemasan terhadap hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan.

Dalam pandangan stoikisme, pentingnya fokus pada apa yang dapat kita kontrol adalah fondasi dari kebijaksanaan dan ketenangan batin. Sebab, meskipun kita tidak dapat mengendalikan peristiwa eksternal atau menghindari ketidakpastian, kita memiliki kendali penuh atas bagaimana kita meresponsnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top