Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Cara "Meloloskan Diri" dari Kamp Konsentrasi

A   A   A   Pengaturan Font

"Pikiran saya terus berpegang pada gambaran istri, membayangkannya dengan ketetapan luar biasa. Saya mendengar dia menjawab, melihatnya tersenyum, tatapannya yang jujur dan memberi semangat. Nyata atau tidak, tatapan matanya lebih terang dari cahaya matahari yang mulai terbit" (hlm 51). Untuk pertama kali dalam hidupnya, Frankl menyadari sebuah kebenaran bahwa cinta merupakan tujuan utama dan tertinggi.

Harold S Kushner memberi pengantar, hidup utamanya bukanlah sebuah upaya mencari kepuasan seperti diyakini Freud atau mengejar kekuasaan sebagaimana pemikiran Alfred Adler. Hidup adalah sebuah upaya pencarian makna. Tugas terbesar manusia adalah mencari makna dalam hidupnya. Frankl melihat ada tiga kemungkinan sumber makna hidup: dalam kerja (melakukan sesuatu yang penting), dalam cinta (kepedulian pada orang lain), dan dalam keberanian saat-saat sulit.

Sebaliknya, tawanan yang sudah kehilangan kepercayaan akan masa depan, sedang menuju kehancuran. Meningkatnya angka kematian di kamp konsentrasi, terutama pada pekan-pekan antara Natal 1944 dan Tahun Baru 1945, bukan karena kondisi kerja yang makin berat atau berkurangnya pasokan makanan, perubahan cuaca atau adanya wabah baru.

Penyebabnya, para tawanan mulai kehilangan keberanian dan tenggelam dalam kekecewaan. Dengan kehilangan kepercayaan terhadap masa depan, seseorang juga akan kehilangan pegangan spiritual. Dia membiarkan diri hancur dan menjadi subjek kehancuran mental dan fisik.

Kondisi ini membawa dampak membahayakan bagi daya tahan tubuh mereka. Akibatnya, sebagian besar tawanan meninggal. "Betapa malang mereka yang tidak lagi melihat makna, sasaran, atau tujuan hidup. Mereka tidak melihat alasan untuk terus hidup," tulis Frankl (hlm 111-112).
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top