Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Cara "Meloloskan Diri" dari Kamp Konsentrasi

A   A   A   Pengaturan Font

Judul: Man's Search for Meaning
Penulis : Viktor E. Frankl
Penerbit : Noura Books
Terbit : Maret 2019 (cetakan ke-4)
Tebal : 233 Halaman
ISBN : 978-602-385-416-5

Di tengah penderitaan yang tak tertanggungkan, masih mungkinkah seseorang bertahan? Viktor E Frankl mencoba merumuskan jawaban melalui buku Man's Search for Meaning ini. Dia menuliskan pengalamannya menjadi tawanan di beberapa kamp konsentrasi selama masa pendudukan Nazi.

Viktor Frankl berbagi kisah tentang upayanya untuk terus bertahan hidup di tengah kekejaman dan penderitaan. Dia tidak mengeklaim buku ini sebagai catatan berbagai fakta dan peristiwa, tapi sekadar catatan pengalaman pribadi, penderitaan yang tak putus-putus sebagaimana yang ditanggung oleh para tawanan Nazi.

Frankl tak terlalu banyak menceritakan penderitaannya, yang mendera, maupun yang hilang darinya. Ia justru lebih banyak bercerita tentang sumber-sumber kekuatan untuk bertahan. Frankl dalam pengantar buku menyampaikan kepada pembaca dengan contoh nyata, hidup menyimpan makna tersembunyi dalam setiap keadaan. Bahkan yang paling memilukan sekalipun.

Pengalamannya di Kamp Auschwitz menguatkan gagasan besarnya bahwa hidup itu bermakna. Terinspirasi dari sesama tawanan, Frankl menguatkan diri untuk terus bertahan dengan cara selalu memupuk ingatan tentang istrinya serta memelihara harapan akan bertemu kembali dengan wanita yang dicintainya itu.

"Pikiran saya terus berpegang pada gambaran istri, membayangkannya dengan ketetapan luar biasa. Saya mendengar dia menjawab, melihatnya tersenyum, tatapannya yang jujur dan memberi semangat. Nyata atau tidak, tatapan matanya lebih terang dari cahaya matahari yang mulai terbit" (hlm 51). Untuk pertama kali dalam hidupnya, Frankl menyadari sebuah kebenaran bahwa cinta merupakan tujuan utama dan tertinggi.

Harold S Kushner memberi pengantar, hidup utamanya bukanlah sebuah upaya mencari kepuasan seperti diyakini Freud atau mengejar kekuasaan sebagaimana pemikiran Alfred Adler. Hidup adalah sebuah upaya pencarian makna. Tugas terbesar manusia adalah mencari makna dalam hidupnya. Frankl melihat ada tiga kemungkinan sumber makna hidup: dalam kerja (melakukan sesuatu yang penting), dalam cinta (kepedulian pada orang lain), dan dalam keberanian saat-saat sulit.

Sebaliknya, tawanan yang sudah kehilangan kepercayaan akan masa depan, sedang menuju kehancuran. Meningkatnya angka kematian di kamp konsentrasi, terutama pada pekan-pekan antara Natal 1944 dan Tahun Baru 1945, bukan karena kondisi kerja yang makin berat atau berkurangnya pasokan makanan, perubahan cuaca atau adanya wabah baru.

Penyebabnya, para tawanan mulai kehilangan keberanian dan tenggelam dalam kekecewaan. Dengan kehilangan kepercayaan terhadap masa depan, seseorang juga akan kehilangan pegangan spiritual. Dia membiarkan diri hancur dan menjadi subjek kehancuran mental dan fisik.

Kondisi ini membawa dampak membahayakan bagi daya tahan tubuh mereka. Akibatnya, sebagian besar tawanan meninggal. "Betapa malang mereka yang tidak lagi melihat makna, sasaran, atau tujuan hidup. Mereka tidak melihat alasan untuk terus hidup," tulis Frankl (hlm 111-112).

Kisah Frankl yang telah menjalani masa-masa kelam kehidupan kamp selama tiga tahun di Auschwitz, Dachau, dan lainnya menekankan bahwa hidup sangat berarti. Kita harus belajar untuk melihat hidup memang penuh makna, terlepas dari apa pun keadaan. Dia meyakini, pencarian makna hidup memungkinkan seseorang mengangkat diri lebih tinggi tidak saja dari hasrat egoisnya, tetapi juga melampaui kemalangan dan kekejaman yang dialami.

Baca Juga :
Letusan Semeru

Untuk melengkapi kisahnya, Frankl menambahkan penjelasan tentang doktrin terapeutiknya, logoterapi. Yang membedakan logoterapi dari metode psikoanalisis, logoterapi menganggap manusia sebagai makhluk yang tujuan utama hidupnya untuk memenuhi suatu makna, alih-alih sekadar menikmati dan memuaskan keinginan. Dengan kata lain, logoterapi adalah psikoterapi yang memusatkan upaya pencarian makna hidup. Diresensi Denny Y F Nasution, tinggal di Tangerang

Komentar

Komentar
()

Top