Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 10 Mei 2024, 00:04 WIB

Cadangan Devisa Tergerus US$4,2 Miliar dalam Sebulan

Foto: Sumber: Bank Indonesia - LitbangKJ/and - KJ/ONES

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa pada April 2024 tercatat sebesar 136,2 miliar dollar Amerika Serikat (AS), merosot 4,2 miliar dollar AS atau sekitar 67,5 triliun rupiah hanya dalam sebulan. Pada Maret 2024, posisi cadangan devisa masih mencapai 140,4 miliar dollar AS.

Data yang dirilis BI menunjukkan tren penurunan cadangan devisa RI telah terjadi sejak awal 2024, meski sempat mengalami kenaikan pada periode akhir 2023. BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia senilai 146,4 miliar dollar AS pada akhir 2023. Pada Januari 2024, posisi cadangan devisa mulai turun menjadi 145,1 miliar dollar AS. Kemudian pada akhir Februari 2024 turun lagi menjadi 144,0 miliar dollar AS dan Maret menjadi 140,4 miliar dollar AS.

Dengan demikian, selama periode Januari-April 2024, cadangan devisa RI sudah tergerus 10,2 miliar dollar AS atau jika dikonversi ke rupiah dengan kurs 16.100 per dollar AS, maka sudah menguap sekitar 164,2 triliun rupiah hanya dalam empat bulan.

Pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Aloysius Gunadi Brata, mengatakan penurunan cadangan devisa April 2024, sekitar 3 persen dibanding bulan Maret 2024 menunjukkan bahwa cadangan devisa terus mengalami penurunan dengan laju yang semakin besar. Januari ke Februari turun sekitar 0,7 persen, lalu turun lagi 2,5 persen.

"Besaran cadangan devisa tersebut sekitar dua kali standar kebutuhan pembiayaan impor dan penurunan yang kontinu tersebut mestinya tidak bisa disepelekan. Penurunan ini tidak lepas dari aliran modal yang keluar dari pasar uang Indonesia," katanya.

Selain faktor eksternal terutama tekanan akibat keputusan the Fed menahan suku bunga tetap tinggi, aliran keluar tersebut juga menandakan gejala kurang menariknya menyimpan dalam rupiah. Sebagai dampak lanjutannya, nilai tukar pun melemah.

"BI bulan lalu sudah menaikkan suku bunga acuan sebagai upaya untuk menjaga nilai tukar rupiah, namun rupiah masih bertahan di sekitar 16.000 rupiah per dollar AS. Artinya, belum cukup tampak respons pasar terhadap kebijakan suku bunga tersebut," kata Aloysius.

Dalam kondisi seperti itu, maka penting meningkatkan kewaspadaan dan mengambil kebijakan di sektor riil yang mampu memacu industri terutama manufaktur.

Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, mengatakan posisi cadangan devisa yang tergerus itu diakibatkan beberapa faktor. Pertama, nilai impor yang meningkat akibat rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar AS. Meski volume impor tetap, tetapi nilai impornya juga melonjak karena rupiah terus melemah terhadap dollar AS.

Kedua, harga minyak dan energi terus meningkat karena supply minyak di dunia berkurang akibat dampak konflik geopolitik yang terjadi seperti Israel-Iran dan Russia-Ukraina yang merupakan negara-negara produsen energi dan minyak.

"Karena harga minyak naik maka Indonesia juga mengalami kenaikan harga minyak. Oleh karena itu, Indonesia harus memperkuat fundamental ekonomi dengan meningkatkan investasi dan ekspor untuk mendorong valas yang masuk ke Indonesia lebih banyak," ungkap Esther.

Dia juga mengimbau untuk mengurangi utang luar negeri, apalagi sekarang posisi rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sudah berkisar 38 persen. Ia juga meminta mencari alternatif sumber pendanaan lain untuk membiayai program program pembangunan.

Lebih Buruk

Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky, mengatakan penurunan surplus perdagangan, bersamaan dengan arus modal keluar dari pasar keuangan domestik selama Januari-Maret tahun ini memicu depresiasi Rupiah secara signifikan.

Pada akhir Maret 2024, rupiah terdepresiasi 2,96 persen secara year to date (ytd) atau tahun berjalan, lebih buruk dibandingkan dengan mata uang negara-negara sebanding, termasuk rupee India, peso Filipina, dan yuan Tiongkok.

Tekanan besar pada rupiah itu sangat menggerus cadangan devisa yang telah digunakan dalam upaya untuk menstabilkan rupiah.

Sementara itu, Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Rizal Edi Halim, mengatakan tergerusnya cadangan devisa pada April tidak terlepas dari yang dilakukan bank sentral untuk menahan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

"Biasanya ada operasi yang dilakukan BI, kedua sisi impor juga alami tekanan akibat pelemahan nilai tukar. Apabila nilai tukar rupiah melemah maka kita harus menambah cadangan dollar AS untuk mengimportasi. Belum lagi transaksi-transaksi pasar modal yang menggunakan dollar AS, semuanya memberi efek pada terkurasnya cadangan devisa kita," kata Rizal.

Selama tekanan masih terus berlanjut terhadap rupiah, maka itu selalu menggerus cadangan devisa.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.