Bukit Bangkirai, Melihat Hijaunya Hutan Kalimantan dari Atas Jembatan Tajuk
Foto: ANTARA/Yudhi MahatmaTidak jauh dari IKN bisa dijumpai kawasan wisata hutan Kalimantan yang masih alami. Pemandangan hijau, udara segar, flora-fauna penghuninya, dan juga jembatan tajuk menjadi kekuatan daya tarik tempat ini.
Tidak jauh dari Ibu Kota Nusantara (IKN) terdapat destinasi wisata alam dengan nama Bukit Bangkirai. Dikelola PT Inhutani I Unit I Balikpapan, tempat ini berada di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim)
Jarak kawasan hutan yang masih alami dengan dengan IKN mencapai 47 kilometer dari titik nol kilometer. Dari kawasan ibu kota ini, waktu tempuh untuk menuju kawasan hutan ini selama 1 jam 14 menit.
Sedangkan jarak Bukit Bangkirai dengan Kota Samarinda, ibu kota Provinsi Kaltim sejauh 94,0 kilometer melalui jalan tol Balikpapan - Samarinda dengan waktu tempuh 1 jam 37 menit. Sedangkan dengan Kota Balikpapan jaraknya sejauh 59,9 kilometer melalui jalan yang sama.
Bukit Bangkirai menjadi tempat yang pas bagi wisatawan yang merindukan suasana hutan. Hal yang ditawarkan adalah pesona dan suasana hutan tropis Kalimantan yang masih sangat alami. Dengan sarana dan prasarana wisata seperti restoran, lamin (rumah adat Kaltim) untuk pertemuan, kolam renang, serta cottage maupun jungle cabin dan canopy bridge, membuat wisatawan betah berlama-lama.
Bukit Bangkirai menjadi bagian dari upaya pelestarian hutan yang dilakukan PT Inhutani I. Luasnya saja mencapai 1.230 hektare. Dari keseluruhan luasnya memiliki hutan alam yang masih asli dengan luas sekitar 510 hektare.
Dengan modal ini, PT Inhutani I Unit I Balikpapan akan terus menjaga kawasan hutan ini, sekaligus menjadikannya wisata edukasi, wisata alam dan ecotourism. Pemanfaatan ini diharapkan membawa keuntungan bagi pengelola dengan manfaatkan dari jasa lingkungannya yang ada.
Ribuan jenis pohon tumbuh di areal ini di antaranya merupakan pohon khas Kalimantan. Ada ulin, bangkirai, meranti, jengkol hutan, semangkok, gaharu dan berbagai jenis tumbuhan hutan lainnya. Ada pula berbagai tumbuhan obat seperti bajakah dan akar kuning. Lainya berupa 3.000 jenis jamur, 13 jenis rotan, dan 24 jenis anggrek.
Flora berupa pohon bangkirai cukup mendominasi kawasan ini sehingga kawasan hutan ini disebut Bukit Bangkirai. Menurut Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, kayu bengkirai ialah jenis kayu dengan tingkat kekuatan kelas I dan II yang nyaris setara dengan kayu jati.
Dengan kekuatan tersebut, kayu bangkirai memiliki ketahanan tinggi dan tahan untuk beberapa lama. Biasanya kayu ini digunakan untuk struktur angunan rumah, dan juga bagian dari eksterior rumah atap rumah, hingga pagar rumah.
Pohon bangkirai di kawasan tersebut memiliki umur rata-rata lebih dari 150 tahun. Tinggi pohonnya mencapai 40-50 meter dengan diameter rata-rata mencapai 2,3 meter. Pohon ukuran diameter sudah dijumpai di tempat umum sehingga menjadikan tempat ini cukup menarik.
Fauna di Bukit Bangkirai berupa 113 jenis burung, serta jenis mamalia dan serangga lainnya. Mamalia yang ada adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), babi hutan (Sus vittatus), owa-owa (Hylobates muelleri), beruk (Macaca nemestrina), lutung merah (Presbytis rubicunda), bajing terbang (Squiler), serta rusa sambar (Cervus unicolor).
Salah satu hal paling menarik begi pengunjung di Bukit Bangkirai adalah jembatan tajuk (canopy bridge) dengan model gantung. Jembatan ini terbentang sepanjang 64 meter diatas ketinggian 30 meter dari atas permukaan tanah.
Jembatan tajuk itu air permukaan tanah yang menghubungkan 5 pohon bangkirai dengan masing-masing pohon berjarak sekitar 10-15 meter. Konstruksi jembatan dibuat di Amerika Serikat oleh kontraktor Amerika yang tergabung dalam Canopy Construction Associated (CCA) dan dibangun pada 1998 dengan standar keamanan tinggi.
Terbuat dari kabel baja, dengan dasarnya papan dan berdinding jala tali nilon yang dirancang khusus dengan bahan kayu dan besi anti karat. Jembatan tajuk di Bukit Bangkirai ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan kedelapan di dunia.
Sejak diresmikan bersama pada 14 Maret 1998, bersamaan dengan peresmian kawasan ekowisata ini, umur jembatan tajuk ini dari selesainya diperkirakan dapat mampu bertahan selama 15-20 tahun sesuai dengan umur dan ketahanan bahan. Jika ingin berpergian ke canopy bridge ini anda akan melalui jalan setapak dengan memasuki hutan lebat di mana terdapat pohon-pohon rindang.
Dari kawasan kantor pengelola terdapat beberapa petunjuk salah satunya canopy bridge. Petunjuk ini mengarahkan pengunjung ke arah jembatan tajuk melalui jalan setapak dengan jarak 500 meter. Untuk menuju lokasi pengunjung akan menembus hutan melalui jalan setapak dengan pengeras semen.
Sebelum meniti jembatan, pengunjung harus menaiki anak tangga menuju menara yang terbuat dari kayu ulin yang dikenal sangat keras. Cukup lumayan melelahkan karena anak tangga yang harus didaki sebanyak 130 buah.
Dengan panjang 64 meter, jembatan tajuk terbagi menjadi empat ruas. Jembatan pertama panjangnya 16 meter, kedua 8 meter, ketiga 22 meter, dan 18 meter. Setiap jembatan memiliki sensasi yang berbeda, namun cukup aman karena di kanan kirinya terpasang pelindung pagar jaring-jaring.
Untuk melewati jembatan caranya dengan berpegangan pada tali baja yang ada di kanan kiri. Saat pertama menjejakkan jembatan tajuk, akan terasa sedikit bergoyang dan semakin meningkat saat ini tengah. Demikian seterusnya hingga melewati jembatan keempat yang posisinya menurun.
Dari atas jembatan tajuk pengunjung dapat menikmati pemandangan hutan yang indah, sejuk dan menyegarkan karena kaya akan oksigen. Dari atas ketinggian tersebut pengunjung dapat menikmati keindahan hutan hijau yang ada di sekitarnya.
Dari atas jembatan tajuk bisa dijumpai formasi Tajuk Tegakan Dipterocarpaceae yang merupakan ciri dari hutan hujan tropis yang indah dan saling sambung menyambung.
Selain tiket masuk Bukit Bangkirai sebesar 3.500 rupiah untuk dewasa 1.500 rupiah untuk anak-anak untuk, untuk menaiki jembatan dikenakan tarif 15.000 rupiah untuk wisatawan domestik dan 30.000 rupiah untuk wisatawan mancanegara.
Fasilitas Menginap
Selain jembatan tajuk di Bukit bangkira juga teredia lahan untuk berkemah (camping ground) berupa tanah datar berumput, dengan luas 20x50 meter. Untuk membatasi dengan area kemah dengan hutan, dibuat pagar kayu.
Bagi yang ingin menginap di rumah permanen tersedia pondok (cottage). Cottage Loevis dan Cottage Agathis dengan fasilitas dua tempat tidur, dua kamar mandi, dan AC, ditawarkan pada harga 750 ribu rupiah per malam. Untuk Cottage Alstonia dengan dua tempat tidur, dua kamar mandi, dan AC dengan tarif 650 ribu rupiah per malam.
Sedangkan untuk tarif paling murah adalah Cottage Malaccensis. Tarifnya satu tempat tidur dan satu kamar mandi, dan AC dengan tarif sebesar 500 ribu rupiah per malam. Semua pondok merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu dengan teras di depannya untuk bersantai.
Potensi wisata Bukit Bangkirai ini diyakininya akan semakin menarik di masa depan ketika IKN telah aktif dihuni. Data terakhir yang bisa didapat pada 2018, tingkat kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri saja telah mencapai 21.000 orang. hay/I-1