Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Budaya Tanpa Empati

Foto : istimewa

Dr Benny Susetyo

A   A   A   Pengaturan Font

Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan moral sejak dini, yang harus dimulai dari keluarga, bukan hanya sekolah. Sayangnya, banyak keluarga gagal menjalankan peran ini, terutama keluarga disfungsional yang sering menjadi akar perilaku kekerasan. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh konflik atau ketidakpedulian cenderung mengadopsi perilaku negatif dan agresif karena tidak mendapatkan contoh moral yang baik.

Selain itu, meskipun sekolah memiliki tanggung jawab dalam membentuk karakter, pendidikan formal di Indonesia lebih menekankan aspek akademis daripada pendidikan moral. Padahal, pendidikan karakter yang mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, empati, dan tanggung jawab sangat penting dalam mencegah kekerasan.

Namun, dalam praktiknya, kurikulum yang ada sering kali mengabaikan pendidikan karakter, yang mengakibatkan anak-anak tidak memiliki landasan moral yang kuat dalam menghadapi konflik dan tekanan hidup.

Sebagai ideologi bangsa, Pancasila memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan moral masyarakat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila, seperti kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, harus menjadi landasan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam pendidikan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada kekhawatiran bahwa nilai-nilai Pancasila mulai terkikis dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan generasi muda.

Untuk mengatasi maraknya kekerasan, revitalisasi pendidikan karakter, terutama nilai-nilai Pancasila, menjadi kunci. Nilai-nilai gotong royong, keadilan, dan saling menghargai harus diinternalisasi melalui pendidikan formal maupun kehidupan sehari-hari. Sekolah dan keluarga memegang peran penting dalam mengajarkan moralitas, namun banyak keluarga gagal menjalankan peran ini. Ketika lingkungan keluarga disfungsional, anak-anak cenderung mengadopsi perilaku kekerasan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top