Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Budaya Tanpa Empati

Foto : istimewa

Dr Benny Susetyo

A   A   A   Pengaturan Font

Ketika nyawa manusia dianggap tak berharga, tindakan sadis seperti pembunuhan dan pemerkosaan menjadi lebih mudah terjadi. Mengapa nilai-nilai kemanusiaan ini memudar? Apa yang membuat masyarakat yang dahulu menjunjung tinggi gotong royong dan kebersamaan kini berubah menjadi lahan subur bagi kekerasan dan kebrutalan?

Dalam realitas saat ini, perubahan sosial yang cepat sering kali tidak diimbangi dengan penyesuaian nilai-nilai moral yang memadai. Di tengah kemajuan teknologi dan globalisasi, masyarakat kerap mengabaikan nilai-nilai tradisional yang menjadi fondasi kemanusiaan, kebersamaan, dan solidaritas.

Ironisnya, nilai-nilai ini justru terkikis oleh tekanan untuk mencapai kesuksesan material dan individual. Tekanan hidup, terutama dalam konteks ekonomi, sering dijadikan alasan untuk mengabaikan nilai kemanusiaan, tetapi ini tidak cukup untuk membenarkan tindakan kekerasan.

Kasus kekerasan dengan motif ekonomi, seperti penculikan dan pembunuhan balita di Banten, mengungkap dengan gamblang bahwa masyarakat kita semakin melihat kekerasan sebagai solusi ekstrem dalam menghadapi kesulitan hidup. Ketika pelaku merasa terdesak oleh keadaan ekonomi, kekerasan dipilih seolah-olah itu satu-satunya jalan keluar.

Namun, sekadar menuding kesulitan ekonomi sebagai penyebab tidak hanya simplistik, tetapi juga berbahaya. Ada kegagalan yang jauh lebih mendasar dan sistemik yaitu kegagalan masyarakat kita dalam mempertahankan dan menginternalisasi nilai-nilai kemanusiaan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top