Senin, 02 Des 2024, 19:15 WIB

BRIN Kembangkan Teknologi Konservasi Laut Berbasis Masyarakat

Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) mengembangkan sistem pendukung keputusan berbasis analisis citra satelit untuk pengelolaan kawasan perlindungan laut dan kawasan konservasi berbasis masyarakat.

Peneliti Ahli Utama BRIN Mulyanto Darmawan menilai, perubahan paradigma konservasi ke arah pendekatan yang berpusat pada masyarakat penting untuk mengurangi resistensi komunitas terhadap upaya konservasi.

“OECM (Other Effective Area-based Conservation Measures) di Indonesia seharusnya menjadi arena untuk mengubah paradigma konservasi ke arah people centered atau setidaknya people friendly paradigm,” kata Mulyanto dalam keterangannya di Jakarta, Senin (2/12).

Riset ini, kata Mulyanto, bertujuan mengembangkan purwarupa sistem pendukung keputusan (SPK) untuk evaluasi biodiversitas kawasan laut dangkal yang dikelola oleh masyarakat lokal atau adat berdasar analisis data satelit.

Berdasarkan penelitian di Pulau Tidung, analisis Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dan Lyzinga telah dilakukan untuk mengevaluasi biofisika di Pulau Tidung untuk evaluasi indeks keanekaragaman hayati.

“Indeks kualitas air di Kepulauan Tidung termasuk dalam kategori tercemar ringan, sehingga, ciri-ciri ini menjadi kandidat utama perlindungan dalam menentukan kawasan konservasi,” ungkap Mulyanto.

Adapun parameter analisis selain parameter biofisik adalah parameter sosial dan ekonomi. Menurut Mulyanto, fitur biaya seperti pelabuhan, pemukiman, dan penggunaan lahan juga perlu dipertimbangkan.

Dia menjelaskan dengan mempertimbangkan parameter-parameter tersebut, model pendekatan adaptif seperti pengelolaan berbasis masyarakat dan ekosistem menjadi relevan untuk diterapkan dalam pengelolaan kawasan konservasi laut di wilayah tersebut.

Menurut dia, kawasan konservasi berbasis masyarakat atau Other Effective Area-based Conservation Measures (OECM) tidak hanya sebatas pendirian area konservasi baru, tetapi juga peningkatan kualitas manajemen kawasan yang telah ada sekaligus wujud pengelolaan yang inklusif, utamanya peran yang kuat dari komunitas.

Sementara SPK bertujuan mendukung berbagai kebutuhan, seperti evaluasi biodiversitas kawasan laut, keselamatan pelayaran melalui pengembangan sistem pintar lampu pelampung suar, hingga deteksi gelombang laut dan tsunami.

“SPK berkembang pesat dan menjadi daya tarik dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan, berkat kemampuan yang signifikan dalam penggunaan informasi spasial atau geospasial. Citra satelit telah menjadi alat yang sangat berguna dalam pemantauan lingkungan dan ekologi dalam skala luas dan multi-waktu,” ucap Mulyanto. Ant/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: