Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 21 Nov 2024, 01:01 WIB

Brasil Desak G-20 Mempercepat Tenggat Waktu Target Iklim

Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva menyampaikan pidato pada sesi pembukaan KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (19/11).

Foto: AFP/Ludovic MARIN

RIO DE JANEIRO – Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, pada hari Selasa (19/11), mendesak para pemimpin negara-negara ekonomi utama Kelompok 20 (G20) untuk mempercepat target iklim nasional mereka, menyerukan mereka untuk mencapai emisi iklim nol bersih lima hingga 10 tahun lebih cepat dari jadwal.

Dikutip dari The Straits Times, membuka sesi terakhir KTT G20, di Rio de Janeiro, Lula mengusulkan agar negara-negara memajukan target mereka untuk mencapai netralitas iklim pada tahun 2040 atau 2045, bukan pada tahun 2050 seperti yang telah dijanjikan oleh Brasil dan banyak negara lain.

“Kita harus berbuat lebih banyak dan lebih baik,” kata Lula, seraya mencatat bahwa tahun ini kemungkinan merupakan tahun terhangat yang pernah tercatat di dunia karena bencana iklim seperti banjir dan kekeringan menjadi lebih sering dan intens.

“Tidak ada waktu yang terbuang,” tambahnya.

Para pemimpin dunia tengah berupaya untuk memperkuat respons global terhadap perubahan iklim sebelum Donald Trump kembali menduduki kursi kepresidenan Amerika Serikat pada bulan Januari, ketika ia berencana untuk membatalkan kebijakan AS mengenai pemanasan global dan dilaporkan keluar dari Perjanjian Paris yang bersejarah.

Presiden Argentina, Javier Milei, menjadi pengingat di Rio tentang perubahan arah angin tersebut, setelah mengunjungi Trump di resornya di Florida. Menurut orang-orang dalam pertemuan tersebut, Milei mengatakan kepada para pemimpin G20 bahwa ia menolak komunike bersama yang mempromosikan kesetaraan gender, perpajakan bagi miliarder, dan pembangunan berkelanjutan.

Lula terburu-buru menyetujui pernyataan bersama para pemimpin G20 pada tanggal 18 November, mengamankan konsensus mengenai perubahan iklim namun membuat jengkel beberapa negara Eropa yang menginginkan bahasa yang lebih kuat mengenai perang yang meningkat antara Ukraina dan Russia.

Pemanasan Global

Pernyataan bersama tersebut menyerukan “peningkatan pendanaan iklim secara cepat dan substansial dari miliaran menjadi triliunan dari semua sumber” untuk menghadapi pemanasan global.

Negara-negara G20 dipandang penting dalam membentuk respons terhadap pemanasan global, karena mereka menyumbang 85 persen ekonomi dunia dan lebih dari tiga perempat emisi pemanasan iklim.

Pernyataan bersama itu juga mendesak para negosiator di pertemuan puncak iklim PBB COP29 yang sedang berlangsung di Azerbaijan untuk mencapai kesepakatan mengenai tujuan keuangan baru terkait berapa banyak uang yang harus disediakan negara-negara kaya kepada negara-negara berkembang yang lebih miskin dalam pendanaan iklim, yang menjadi poin utama yang diperdebatkan dalam perundingan iklim.

Pada pertemuan puncak G20 tanggal 19 November, ketika para pemimpin mengalihkan diskusi mereka ke lingkungan, Lula mendesak negara-negara berkembang untuk memperluas target iklim mereka untuk mengatasi semua emisi yang menyebabkan pemanasan global, bukan hanya dari sektor atau gas tertentu.

Presiden AS, Joe Biden, menyampaikan kepada peserta pertemuan bahwa negara-negara berkembang perlu memiliki "kekuatan yang cukup dan akses ke modal" untuk memperlambat perubahan iklim dan melindungi negara mereka dari dampaknya. Uang tersebut perlu mengalir ke perekonomian mereka dan memberi ruang bernapas bagi negara-negara yang terlilit utang.

“Sejarah sedang mengamati kita. Saya mendesak kita untuk tetap beriman dan terus maju. Ini adalah ancaman eksistensial terbesar bagi umat manusia,” kata Biden.

Pada pertemuan para pemimpin pada tanggal 19 November, Lula mengusulkan pembentukan dewan baru di PBB untuk mempercepat implementasi Perjanjian Paris tentang perubahan iklim.

Ia juga mengkritik negara-negara maju karena gagal memenuhi janji untuk memberikan pembiayaan iklim sebesar 100 miliar dollar AS setiap tahunnya kepada negara-negara berkembang pada tahun 2020.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.