Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Blinken Salahkan Respons Lamban Tiongkok terhadap Virus Korona

Foto : VoA/Reuters

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Menteri Luar Negeri AS pada Minggu (11/4) mengecam tanggapan awal Tiongkok yang lamban terhadap ancaman virus korona lebih dari setahun yang lalu. Ia mengatakan hal itu menyebabkan situasi yang lebih mengerikan di seluruh dunia daripada kemungkinan sebaliknya jika tanggapan dilakukan secara tepat.

"Saya kira Tiongkok tahu bahwa pada tahap awal Covid, mereka tidak melakukan apa yang perlu dilakukan, yaitu, langsung memberikan akses kepada para ahli internasional, langsung berbagi informasi, untuk memberikan transparansi yang nyata," kata Menlu Antony Blinken pada acara" Meet the Press " televisi NBC News.

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus korona. Tiongkok hingga saat ini belum mengomentari pernyataan Blinken itu.

Sebelumnya, mantan Presiden AS Donald Trump juga mengecam tanggapan Tiongkok, sering menggunakan istilah seperti "Flu Tiongkok" atau "Kung Flu" untuk menggambarkan infeksi tersebut.

Blinken mengatakan jumlah korban tewas di seluruh dunia, yang saat ini mencapai lebih dari 2,9 juta orang, menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan Tiongkok dan negara lain sekarang. "Saat kita menghadapi Covid-19, kita juga harus menerapkan sistem keamanan kesehatan global yang lebih kuat untuk memastikan bahwa ini tidak akan terjadi lagi, atau, jika terjadi lagi, kita bisa mengatasinya lebih awal," ucap Blinken.

Blinken mengatakan dunia harus membuat komitmen nyata terhadap transparansi, berbagi informasi, akses bagi para ahli. "Itu artinya memperkuat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), dan mereformasi agar bisa melakukan itu. Tiongkok harus berperan di dalamnya," ungkap dia.

Blinken mengatakan penyelidikan lebih lanjut perlu dilakukan mengenai asal-usul virus di Wuhan, Tiongkok. "Jadi kita memahami sepenuhnya apa yang terjadi, untuk mendapatkan suntikan terbaik guna mencegah kembali terjadi. Itulah mengapa kita perlu mencari pangkal masalah ini," papar dia.

WHO pada Maret mengatakan, virus mungkin berasal dari kelelawar, dan sangat tidak mungkin berasal dari kebocoran laboratorium.

Amerika Serikat sekarang, setiap pekan memvaksinasi jutaan warganya untuk melawan virus ini, jauh lebih banyak daripada di banyak negara lain. Presiden Joe Biden mengatakan dalam sepekan semua orang dewasa yang ingin disuntik, berapa pun usianya, akan memenuhi syarat untuk memperoleh vaksinasi.

Blinken mengatakan tanggung jawab pertama pemerintah AS untuk vaksinasi adalah di dalam negeri.

Namun ia mengatakan, Amerika Serikat juga punya tanggung jawab penting dan akan memimpin dunia dalam membantu memastikan bahwa seluruh dunia mendapatkan vaksinasi.

"Dan alasannya adalah: kecuali dan sampai sebagian besar orang di dunia divaksinasi, virus ini masih akan menjadi masalah bagi kita," kata Blinken. "Karena selama virus berkembang biak di suatu tempat, virus bisa saja bermutasi, lalu bisa kembali menyerang kita," imbuh dia.

Diplomat tertinggi AS itu mengatakan selain bergabung kembali dengan WHO, Amerika Serikat berniat membuat vaksin lebih tersedia, terutama untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. "Kita telah membuat kesepakatan yang sangat penting dengan India, Jepang, dan Australia, yang disebut quad countries atau empat negara, untuk meningkatkan produksi vaksin di seluruh dunia," ucap Blinken.

"Dan kita telah memberikan pinjaman kepada tetangga terdekat, Meksiko dan Kanada," kata dia. "Saat kita merasa lebih nyaman dengan posisi kita memvaksinasi setiap orang Amerika, kita kemudian melihat apa yang bisa kita lakukan, apa lagi yang bisa kita lakukan di seluruh dunia," tambah dia.

Selain virus, Blinken mengatakan AS prihatin dengan tindakan agresif pemerintah di Beijing yang semakin meningkat terhadap Taiwan, meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan antara pulau itu dan Tiongkok daratan.

AS selama bertahun-tahun telah mempertahankan kebijakan "Satu Tiongkok", di mana Tiongkok menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Pada saat yang sama, Blinken mengatakan AS memiliki komitmen terhadap Taiwan… komitmen bipartisan yang sudah ada selama bertahun-tahun, untuk memastikan bahwa Taiwan mampu mempertahankan dirinya sendiri, dan memastikan bahwa AS mempertahankan perdamaian dan keamanan di Pasifik barat. VoA/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top