Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Kebijakan Moneter I Keruntuhan SVB di AS karena Dampak Kenaikan Suku Bunga Fed

BI Jangan Anak Emaskan Perbankan, tetapi Korbankan Ekonomi Nasional

Foto : NOAH BERGER/AFP

PEMBERITAHUAN PENUTUPAN SILICON VALLEY BANK I Seorang pelanggan (kiri) membaca pemberitahuan tentang penutupan Silicon Valley Bank (SVB) di kantor pusat bank di Santa Clara, California, AS, Sabtu (10/3).

A   A   A   Pengaturan Font

Pertanyaan besar sekarang menjadi area sensitif, suku bunga apa yang selanjutnya akan merasakan dampak, dan apakah ada risiko nyata penularan tragedi SVB pada sistem keuangan.

Runtuhnya SVB adalah contoh sempurna dari jenis dislokasi eksposur saat siklus bergeser. Pada 2020 dan 2021, perusahaan rintisan teknologi dipenuhi dengan valuasi selangit, harga sahamnya melonjak ke rekor tertinggi hampir setiap minggu, dan semua orang dibanjiri uang tunai berkat stimulus triliunan dollar dari pemerintah.

SVB yang menjadi bank tujuan bagi para pemula, berkembang pesat. Depositonya meningkat lebih dari tiga kali lipat dari 62 miliar dollar AS pada akhir 2019 menjadi 189 miliar dollar AS pada akhir 2021. Setelah itu, SVB harus menggunakan uang itu untuk bekerja, dan pinjamannya buku tidak cukup besar untuk menyerap masuknya uang tunai dalam jumlah besar. Jadi, SVB melakukan hal yang normal untuk sebuah bank yang akhirnya merugikannya. Bank itu, membeli obligasi pemerintah AS dan sekuritas yang didukung hipotek. Pada 16 Maret 2022, ketika The Fed memulai kenaikan suku bunga pertamanya dari 0,25 persen, kini sudah naik 4,50 persen.

Tiba-tiba, portofolio obligasi jangka panjang SVB, yang menghasilkan rata-rata hanya 1,6 persen, jauh lebih tidak menarik dibandingkan dengan US Treasury Note 2 tahun yang menawarkan hasil hampir tiga kali lipat. Harga obligasi pun jatuh yang berakibat kerugian SVB miliaran dollar AS.

Menurut Aditya, kasus tersebut seharusnya dicermati BI dengan baik dan penuh perhitungan. Jangan sampai ada shock dari eksternal yang harus diantisipasi dengan cepat, tetapi malah menimbulkan kesan panik, apalagi kurs rupiah saat ini sudah menembus level 15.500 per dollar AS.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top