Bersatu Lindungi Korban Pelecehan Seksual
Wanita yang berkerudung dianggap sebagai perempuan baik dan sholehah. Sedangkan, jika perempuan mengadu disuitin laki-laki iseng. Mereka malah disalahkan karena pakaian minim atau mengundang. "Ada otonomi yang tidak pernah selesai," ujar wanita berambut panjang ini.
Persoalan lainnya adalah masalah mobilitas dan keamanan. Banyak sekali pelecehan seksual yang terjadi di jalanan, transportasi umum maupun kantor. Kondisi tersebut dapat membatasi gerak dan mengurangi mobilitas perempuan untuk beraktifitas di luar rumah. Pasalnya, mereka dihinggapi perasaan tidak aman.
Pelecehan seksual yang kadang dianggap biasa dapat membawa dampak luar biasa. Sebuah penelitian di luar negeri menyebutkan, pelecehan seksual merupakan satu langkah menuju kekerasan seksual yang lebih besar, seperti perkosaan. Karena, pelaku akan terus mencari korban untuk dilecehkan dan diserang. din/E-6
Menciptakan Ruang Aman untuk Berbagi Cerita
Sudah jatuh tertimpa tangga, barangkali peribahasa tersebut sesuai untuk korban pelecehan seksual. Selain menjadi korban, mereka kerap kebingungan untuk mendapatkan dukungan. Orang terdekat bahkan keluarga lebih sering menyalahkan ketimbang memerikan dukungan. Pelecehan masih menjadi aib sehingga korban maupun masyarakat cenderung menutupi ketimbang mencari solusi.
Anindya Restuviani, Co Director Hollaback! Jakarta, sebuah gerakan global untuk mengakhiri pelecehan di ruang publik mengatakan masyarakatlah yang dapat menolong para korban. "Oleh karena itu, kita perlu menciptakan diri sebagai ruang aman jika ada yang ingin bercerita," ujar dia.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya