
Berpotensi Melemah Lanjutan (14/1)
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Investor diperkirakan masih cemas dengan prospek normalisasi kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat depresiasi rupiah sejalan dengan kuatnya dollar AS secara global, menyusul data ketenagakerjaan AS pada Desember menunjukkan pengetatan. Ketatnya data tenaga kerja AS mengakibatkan kekhawatiran terkait dengan arah kebijakan yang ‘high-for-longer’ dari The Fed.
Josua memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Selasa (14/1), melanjutkan pelemahannya di kisaran 16.250-16.350 rupiah per dollar AS. Sentimennya adalah potensi berlanjutnya ketidakpastian terkait arah suku bunga The Fed.
Sebelumnya, kura rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (13/1) sore, melemah 93 poin atau 0,57 persen dari sehari sebelumnya menjadi 16.283 rupiah per dollar AS.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS susah untuk rebound secara signifikan. Kurs Rupiah sulit rebound karena indeks dollar AS berada di level tertinggi baru dalam dua tahun terakhir, yakni 109,96 pada Jumat (10/1) dan 109,65 pada hari ini.
“Antisipasi investor terhadap data inflasi AS yang bakal dirilis pekan ini diprediksi bakal menjadi faktor penting penguatan dollar AS pada pekan ini dan menekan nilai tukar rupiah,” jelasnya di Jakarta.
Berita Trending
- 1 Kemenag: Kuota 1.838 Jemaah Haji Khusus Belum Terisi
- 2 Kabupaten Meranti mulai laksanakan Program Makan Bergizi Gratis
- 3 Pram-Rano Akan Disambut dengan Nuansa Betawi oleh Pemprov DKI
- 4 Klasemen Liga 1 Setelah Laga-laga Terakhir Putaran ke-23
- 5 Dirut BPJS: Syarat Kepesertaan JKN Bukan untuk Mempersulit Jemaah Haji