
Setelah Banjir, Ancaman Dengue, Kemenkes Bagikan Jurus Ampuh Mencegah
Petugas menunjukkan jentik nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri wolbachia di Kembangan, Jakarta, Jumat (4/10/2024).
Foto: ANTARA FOTO/ Rivan Awal LinggaJAKARTA – Setelah banjir, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sering meningkat karena lingkungan yang basah dan tergenang menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. Kasus DBD bisa menjadi wabah jika tidak dikendalikan dengan cepat.
Di Jakarta, kasus DBD masih sangat tinggi awal tahun ini seiring dengan adanya musim penghujan. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mencatat jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) pada Januari hingga Maret 2025 ini sebanyak 1.416 kasus atau turun dibandingkan periode sama 2024, yakni 1.729 kasus.
Kementerian Kesehatan mengatakan penularan dengue usai terjadinya bencana banjir dapat dicegah melalui langkah-langkah yang tepat, terutama dalam menghindari genangan air yang tertampung di permukaan wadah atau jalan.
"Pastikan kita menjaga kebersihan ya, cuci tangan dan kaki dengan sabun dan air bersih setelah terkena air banjir. Terpenting adalah hindari genangan air," kata Direktur Penyakit Menular Kemenkes Ina Agustina Isturini di Jakarta, Rabu (12/3).
Ina mengatakan sebagai bentuk pencegahan yang paling penting, tempat tinggal warga perlu dipastikan tidak ada satu genangan air pun, terutama pada tempat penampungan air.
Jika ada air yang menggenang, segera bersihkan tempat penampungan air dengan mengurasnya dan menutup wadah guna mencegah nyamuk berkembang biak di dalamnya.
Masyarakat dapat memanfaatkan bantuan dari tanaman dan hewan alami yang dapat mengusir nyamuk seperti lavender dan ikan cupang yang dapat memakan jentik nyamuk.
Pastikan pula saluran dan talang air berfungsi dengan baik agar tidak menjadi tempat berkembangnya nyamuk. Hal ini dapat dilakukan dengan menggelar gotong royong rutin bersama warga sekitar untuk mencegah penyebaran nyamuk.
Pada bagian dalam rumah, Ina menyarankan agar masyarakat memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi untuk mencegah nyamuk masuk. Kalaupun ingin menggunakan obat nyamuk, pastikan untuk memilih obat nyamuk semprot atau oles yang sudah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Saat beraktivitas di luar rumah, gunakan pakaian lengan panjang dan kaus kaki untuk mengurangi risiko gigitan nyamuk. Jangan lupa untuk mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh," kata dia.
Sosialisasi Kesehatan
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan ikut mencegah penularan dengue di tengah masyarakat dengan dikeluarkannya Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/261/2025 tentang Kewaspadaan Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dengue dan Cikungunya Tahun 2025 dan mensosialisasikannya.
Di dalamnya mencakup dilakukannya promosi kesehatan pada masyarakat dan institusi untuk melaksanakan PSN 3 M plus (menguras, menutup, mendaur ulang) dan kegiatan lain satu minggu satu kali secara serentak dan terus menerus untuk mencegah penularan infeksi dengue melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).
"Kegiatan ini harus menjadi gerakan masyarakat yang masif, terorganisir, terukur dan berkesinambungan," ujarnya.
Kementerian Kesehatan juga melakukan edukasi pada masyarakat melalui berbagai media untuk pencegahan, pengenalan tanda-tanda bahaya, serta bagaimana melakukan penanganan mandiri di rumah.
Dinas Kesehatan bersama lintas program terkait juga disiagakan untuk merespons cepat terhadap laporan kasus dengue.
Buffer logistik seperti rapid diagnostic test, larvasida dan insektisida juga disiapkan untuk didistribusikan ke daerah sesuai kebutuhan.
Terakhir, Ina menyebut pemerintah sudah memanfaatkan teknologi nyamuk aedes aegipty Wolbachia yang dalam penelitian di Yogyakarta dan di negara negara lain yakni Brasil, Australia hingga Vietnam dan terbukti efektif untuk pencegahan dengue.
"Pada pilot project di Jogyakarta, mampu menurunkan 77 persen kejadian dengue dan mengurangi lama rawat inap rumah sakit sebesar 86 persen. Teknologi Wolbachia ini hadir sebagai pelengkap program pengendalian dengue yang sudah ada dan saat ini sedang dilakukan implementasi Wolbachia di lima kota yaitu di Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang dan Kota Kupang," kata dia.
Berita Trending
- 1 Ekonomi Biru Kian Cerah! KKP dan Kemnaker Maksimalkan Peluang Lapangan Kerja
- 2 Menpar Sebut BINA Lebaran 2025 Perkuat Wisata Belanja Indonesia
- 3 Bukan Arab Saudi, Negara Penghasil Kurma Terbesar Dunia Berasal dari Afrika
- 4 THR Untuk Ojol Harus Diapresiasi dan Diawasi
- 5 Negara Paling Aktif dalam Penggunaan Energi Terbarukan