Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Berpikir Maju Tanpa Gelar Palsu

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Parahnya, karena sejak duduk sebagai siswa hingga mahasiswa pola pikir mereka telah berorientasi kepada hasil akhir nanpragmatis, maka tatkala jabatan dan kekuasaan telah mereka genggam, lantas hanya sebatas menjadi alat untuk mendulang keuntungan materi. Itu semata-mata untuk mengejar ambisi dan kepentingan pribadi, tidak lebih dari itu.

Lebih parahnya lagi, orientasi hasil akhir nanpragmatis berupa keuntungan materi dibarengi dengan budaya yang maunya ingin serbacepat. Kedua faktor inilah yang kemudian mendorong sebagian pemegang jabatan dan kekuasaan cenderung mengambil jalan pintas dalam meraih kekayaan. Salah satu jurusnya melakukan praktik korupsi dan manipulasi.

Tak Malu

Jadi, tak perlu heran, meski mereka berpendidikan tinggi, memiliki sederet gelar, mengerti hukum, baik hukum negara maupun agama, tidak banyak berguna. Mereka sama sekali tidak segan-segan, tidak malu-malu, bertindak korup lantaran dorongan ingin serbacepat kaya. Itulah ingin cepat kaya, ingin cepat mapan, ingin cepat terpandang.

Karena itu, mereka yang skeptis langsung menuding bahwa institusi pendidikan pada hakikatnya memang telah menjadi lembaga yang menyumbang lahirnya insan-insan korup. Kasarnya, budaya korup sebenarnya telah dicangkokkan lewat sistem pendidikan kepada anak-anak sejak dini.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top