Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Moneter

Bank Sentral di Kawasan Asia Mempercepat Kenaikkan Suku Bunga

Foto : ISTIMEWA

JIRO TOMINAGA Direktur ADB untuk Indonesia - Otoritas moneter di kawasan Asia mungkin harus lebih memperketat kebijakan untuk menjaga inflasi dan mencegah kemungkinan arus modal keluar.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) mencatat bank-bank sentral di Asia telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 43 kali sepanjang tahun ini. Mulai pada triwulan I-2022 dengan 14 kali kenaikan suku bunga acuan, lalu 15 kali pada triwulan II-2022 dan 14 kali pada Juli dan Agustus 2022.

Direktur ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga, dalam "Capital Market Summit an Expo (CMSE) 2022" yang dipantau secara daring di Jakarta, pekan lalu, mengatakan bank sentral di kawasan mempercepat pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan untuk mengekang inflasi dan menjaga stabilitas keuangan.

Beberapa bank sentral di negara-negara Asia, jelas Tominaga, memperketat kebijakan moneternya secara agresif untuk mengatasi kekhawatiran atas peningkatan utang karena adanya kerentanan ekonomi makro.

Sri Lanka misalnya, sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 800 basis poin (bps) sejak Januari sampai Agustus 2022, dengan dua kali kenaikan sejak triwulan II-2022. Begitu juga Pakistan sebanyak 525 bps sejak Januari sampai Agustus 2022, dengan tiga kali kenaikan sejak kuartal kedua tahun ini.

Kemudian, sejak Januari sampai Agustus 2022, Kazakhstan, Hong Kong, Armenia, Filipina, serta Republik Korea, masing-masing menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps, 200 bps, 25 bps, 175 bps, dan 125 bps, dengan kenaikan masing-masing dua kali hingga empat kali dan sejak triwulan II tahun ini ada yang sudah menaikkan sampai tiga kali.

Sementara itu, India, Malaysia, Tiongkok, Indonesia, dan Thailand masing-masing meningkatkan bunga acuan sebesar 140 bps, 50 bps, 12,5 bps, 25 bps, dan 25 bps sepanjang Januari hingga Agustus 2022. Sejak triwulan II- 2022, bank sentral di kelima negara tersebut ada yang sudah menaikkan suku bunga acuan sekali hingga tiga kali.

Menurut Tominaga, kenaikan suku bunga acuan di negara-negara Asia menyusul kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Fed Fund Rate (FFR) dan dan Eropa yang masing-masing sebesar 200 bps dan 50 bps selama Januari hingga Agustus 2022.

"Kami berharap kebijakan kenaikan suku bunga acuan terus menekan harga dan karena suku bunga riil tetap rendah atau negatif di banyak negara. Otoritas moneter di kawasan Asia mungkin harus lebih memperketat kebijakan untuk menjaga inflasi dan mencegah kemungkinan arus modal keluar," tambahnya.

Harga Komoditas

Sebelumnya, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, Krishna Srinivasan, mengatakan sebagian besar bank-bank sentral Asia harus memperketat kebijakan moneter karena kenaikan harga-harga komoditas dan depresiasi mata uang mereka, yang didorong kenaikan suku bunga AS yang kuat.

Dia mengatakan Tiongkok dan Jepang dikecualikan karena pemulihan ekonomi lebih lemah, kendur tetap substansial dan inflasi tidak meningkat tajam seperti di negara lain yang mata uangnya terdepresiasi cukup tajam akibat pengetatan moneter AS. Pengetatan itu menyebabkan selisih (spread) suku bunga makin lebar yang menyebabkan impor makin deras karena biaya murah.

"Sementara baseline kami adalah inflasi mencapai puncaknya pada akhir tahun, depresiasi nilai tukar yang besar dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi dan persistensi yang lebih besar, terutama jika suku bunga global naik lebih kuat, dan memerlukan pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat di Asia," kata Srinivasan


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top