Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Bahaya Tren ‘Mouth Taping’ Bagi Penderita Apnea Tidur

Foto : Freepik

Ilustrasi Mouth Taping.

A   A   A   Pengaturan Font

Sebuah penelitian yang dipublikasi di Lancet Respiratory Medicine pada 2019 silam menuturkan apnea tidur yang obstruktif merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang diakui secara global dan telah memengaruhi hingga 936 juta orang dewasa dalam populasi umum.

Melansir studi Multinight Prevalence, Variability, and Diagnostic Misclassification of Obstructive Sleep Apnea, yang dipublikasikan di situs resmi National Library of Medicine AS, apnea tidur yang obstruktif terjadi ketika otot di bagian belakang tenggorokan rileks dan menghalangi jalan napas saat seseorang tidur yang pada akhirnya menyebabkan seseorang berhenti bernapas.

Kondisi tersebut dapat berlangsung selama lebih dari 10 detik dan terjadi berkali-kali dalam semalam, menyebabkan seseorang terengah-engah, mendengkur, dan terbangun tiba-tiba saat tubuh tengah berjuang mendapatkan udara. Orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas, terutama dengan struktur leher yang pendek dan lebar, berisiko menderita apnea tidur yang obstruktif.

Adapun apnea tidur yang obstruktif dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen selama 10 detik sampai 20 detik dan hal ini akan tampak pada kondisi badan sepanjang hari. Mengutip laman Pusat Jantung Nasional, penderita apnea tidur yang obstruktif seringkali merasa lelah atau mengantuk meskipun tidur cukup atau lebih dari tujuh jam dalam sehari.

Mereka juga kerap merasakan nyeri kepala secara reguler ketika bangun tidur. Dampak dari kurangnya tidur ini juga akan memengaruhi emosi dan fungsi kognitif sehingga penderita apnea tidur yang obstruktif akan merasa sangat sulit untuk konsentrasi.
Halaman Selanjutnya....


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top