Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Bahasa Politik Maskulinitas

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Semestinya, para politikus menjadi panduan masyarakat, termasuk dalam berbahasa. Namun praktik hari ini politisi justru menjadi contoh paling buruk dalam berbahasa. Kata-kata seksis tersebut dengan enteng diucapkan di berbagai media hanya untuk menunjukkan sisi maskulinitas.

Tak mengherankan, mengikuti jejak para politikus di media sosial, dengan mudah ditemukan ungkapan-ungkapan seksis. Dalam situasi seperti ini, bahasa Indonesia bukan lagi sebagai bahasa persatuan, tapi bahasa diskriminatif terhadap perempuan dan banci.

Dalam dunia patriarkal seperti sekarang, kuatnya jejak maskulitas dalam bahasa politik jelas menunjukkan keterbelakangan bangsa. Padahal, bahasa menunjukkan pola pikir seseorang. Seorang politikus boleh saja bersembunyi di balik wajah cemerlang hasil pencitraan.

Namun, bahasanya tidak akan bisa menyembunyikan isi kepalanya yang sebenarnya. Tak mengherankan, alih-alih saling beradu konsep dan gagasan, politik hari ini hanya diwarnai aksi saling rusak, libas, ganyang, babat dan gebuk ala preman pasar. Jika sudah begitu, semoga saja rakyat tidak menjadi bangsa barbar, kelak.

Penulis novelis dan esais

Komentar

Komentar
()

Top