Asean Diharapkan Lebih Responsif pada Isu Kesenjangan Pembangunan
Rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-44 dan ke-45 ASEAN yang digelar pada 6-11 Oktober 2024 di Vientiane, Laos (6/10/2024).
Foto: ANTARA/HO-Kemenko PerekonomianJAKARTA - Negara-negara di kawasan Asia Tenggara (Asean) diharapkan lebih responsif terhadap isu kesenjangan pembangunan di kawasan. Deputi bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian, Edi Prio Pambudi, sebagai pemimpin delegasi Indonesia dalam Rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-44 dan ke-45 Asean berharap akan lebih banyak inisiatif untuk agenda keberlanjutan dalam pertemuan yang akan berlangsung pada 6-11 Oktober 2024 di Vientiane, Laos.
"Kita mempunyai banyak inisiatif untuk agenda keberlanjutan, namun yang lebih penting adalah bagaimana kita merumuskan rencana aksi yang strategis untuk menjalankan berbagai inisiatif tersebut," kata Edi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (7/10).
Dalam KTT itu, isu-isu ekonomi yang dibahas, meliputi lanskap ekonomi regional, capaian prioritas ekonomi Asean, capaian implementasi Cetak Biru Asean 2025, isu keberlanjutan, isu transformasi digital, penyusunan Rencana Strategis MEA 2026-2030, keanggotaan Timor Leste, serta dokumen yang akan disepakati pada tingkat menteri dan kepala negara. "Saya ucapkan selamat kepada Laos atas Keketuaan di Asean 2024.
Sudah banyak capaian positif, namun ada beberapa inisiatif yang perlu menjadi perhatian ke depan, yaitu penguatan infrastruktur pariwisata, penekanan pada isu geopolitik dan geoekonomi, identifikasi potensi kerja sama dengan mitra Asean termasuk Gulf Cooperation Council (GCC)," kata Edi. Keketuaan Laos di Asean tahun 2024 mengangkat tema "Enhancing Connectivity and Resilience".
Melalui tema tersebut, Laos memiliki misi utama untuk mempromosikan konektivitas infrastruktur, mempersempit kesenjangan pembangunan, mempromosikan integrasi ekonomi, mendorong hubungan antarmasyarakat, serta memperkuat hubungan Asean dengan mitra eksternal. Untuk mendukung misi tersebut, prioritas ekonomi Laos fokus pada tiga strategi utama, yaitu integrasi dan konektivitas, inklusivitas, dan keberlanjutan.
Ketidakadilan Sosial
Wakil Rektor Tiga, Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam, yang diminta tanggapannya, mengatakan dengan kesenjangan yang masih lebar, Indonesia seharusnya dapat menginisiasi dan mengajak anggota Asean lainnya untuk bersinergi mengatasi masalah kesenjangan di kawasan.
"Saya kira Indonesia berkepentingan dalam isu kesenjangan tersebut karena merupakan salah satu masalah yang masih dihadapi terutama dengan meningkatnya kesenjangan standar hidup di antara masyarakat, dan semakin terpusatnya kekayaan pada segelintir orang," kata Surokim.
Hal itu juga bukan persoalan ketidakadilan sosial semata, tetapi juga menjadi penyebab stagnansi pertumbuhan karena porsi pendapatan 20 persen kelompok terkaya meningkat, tapi pertumbuhan ekonomi justru rendah. "Kondisi tersebut karena manfaatnya tidak sampai menetas ke bawah, yang menyebabkan tingkat ketimpangan Indonesia relatif tinggi dan naik lebih cepat daripada sebagian besar negara tetangga," pungkas Surokim.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia