AS Sebut Serangan ke Teheran dan Beirut 'Tak Membantu' Redakan Ketegangan
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS (NSC) John Kirby berbicara saat jumpa pers harian di Ruang Sidang Pers Brady, Gedung Putih di Washington DC pada 31 Juli 2024.
Foto: AFP/Brendan SMIALOWSKIWASHINGTON - Serangan Israel yang menewaskan komandan Hizbullah di Beirut dan terbunuhnya pemimpin politik Hamas di Teheran "tidak membantu" ketegangan regional namun tidak ada tanda-tanda konflik yang lebih luas, kata Gedung Putih pada hari Rabu (31/7).
"Laporan-laporan selama 24, 48 jam terakhir tentu saja tidak membantu meredakan ketegangan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan ketika ditanya tentang serangan tersebut.
"Kami jelas khawatir akan adanya eskalasi."
Kirby mengecilkan risiko terjun langsung ke dalam perang habis-habisan yang ditakutkan wilayah tersebut sejak seranganHamaspada 7 Oktober terhadap Israel dan perang berikutnya di Gaza.
"Kami tidak benar-benar berpikir bahwa eskalasi tidak dapat dihindari dan tidak ada tanda-tanda bahwa eskalasi akan segera terjadi," katanya.
Namun ia mengatakan Washington memantau perkembangannya dengan cermat.
"Kami tidak mengabaikan kekhawatiran sama sekali. Kami mengamatinya dengan sangat, sangat cermat dan ini menjadi perhatian utama presiden," kata Kirby.
Serangan terhadap dua musuh bebuyutan Israel terjadi kurang dari seminggu setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi Gedung Putih untuk berunding dengan Presiden Joe Biden yang bertujuan mendorong gencatan senjata di Gaza.
Hamasmenyalahkan serangan Israel atas terbunuhnya pemimpin politiknya Ismail Haniyeh di Teheran.
Israel menolak mengomentari serangan itu, tetapi Netanyahu pada hari Rabu mengatakan negaranya telah memberikan "pukulan telak" kepada musuh-musuhnya, dan secara eksplisit menyebutkan pembunuhan pemimpin Hizbullah Fuad Shukr di Beirut selatan.
Kirby mengatakan "masih terlalu dini" untuk mengatakan dampak apa yang akan ditimbulkan serangan tersebut terhadap perundingan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan membebaskan sandera yang ditawan Hamas.
"Itu tidak berarti kami akan berhenti mengerjakannya. Kami memiliki tim di wilayah itu saat ini," katanya.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya mengatakan Amerika Serikat "tidak mengetahui atau terlibat dalam" pembunuhan Haniyeh.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: AFP
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia