Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Aplikasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

A   A   A   Pengaturan Font

Nilai kebangsaan sumber utamanya adalah menerima perbedaan. Namun jangan hanya berhenti di situ. Perbedaan bukanlah titik-temu. Ia adalah hamparan fakta yang harus diakomodasi seraya terus mencari titik-temu persamaannya. Jika kulit berbeda, lihatlah tulang yang putih sama. Jika etnis berbeda, mantapkan dalam kalbu bahwa ia berasal dari induk tunggal yang sama. Agama berbeda, namun sama-sama menyembah Tuhan. Nama Tuhan berbeda sadarilah ia hanyalah sebutan untuk esensi Tuhan yang sama. "Sejauh berjalan di atas kebenaran, akan selalu ada titik-temu. Karena tidak ada kebenaran yang mendua, " tulis Yudi Latif (hlm 135).

Kerakyatan dan kepemimpinan yang dibahas dalam bab empat mengulas bahwa pemimpin yang merakyat mesti berpengatahuan, punya pengalaman terlibat dalam urusan umum dan punya gagasan cemerlang serta kemampuan menaruh rakyat di hatinya. Pemimpin yang berkerakyatan siap menderita. "Mempertanggung jawabkan kekuasaan bagi kebesaran dan keluasan bangsa Indonesia sungguh berat, kecuali bagi mereka yang tidak takut kehilangan apapun selain kebenaran dan keadilan, " tulis Yudi Latif (hlm 187). Peneliti senior LIPI ini melihat partai-partai banyak gagal mendidik pemimpin seperti itu karena fokus pada pencitraan, kekuatan uang, koaliasi dan taburan janji utopis demi merebut tahta dan harta saja, sehingga minim memproyeksikan calonnya pada kerja prinsipil yang berkerakyatan.

Masalah keadilan sosial sebenarnya perwujudan paling konkret dari prinsip-prinsip Pancasila. Sayangnya ia justru paling diabaikan selama belasan tahun Reformasi. Era Reformasi memberikan surplus kebebasan, tetapi defisit keadilan, dengan kesenjangan sosial yang makin lebar. Rentan sekali muncul kecemburuan dan perlawanan sosial yang bisa merobek jahitan persatuan nasional dengan memperalat simbol agama atau primordial sebagai legitimasi. Solusi terbaik ada pada pendidikan, walaupun realitas pendidikan Indonesia masih terus mengalami uji coba.

Buku ini merupakan rangkuman renungan Yudi Latif yang sudah viral di berbagai media. Memiliki kekuatan data dan perpektif. Dibungkus dengan bahasa santai dan kadang puitis sehingga membuat tulisan yang merangkum persoalan nilai-nilai Pancasila ini lebih bisa mudah dipahami.


Peresensi Redy Ismanto, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya

Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top