APBN Disiapkan untuk Mengantisipasi Kenaikan Harga Pangan
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu - Harga beras ini sudah menjadi masalah yang besar di seluruh dunia secara global. Ini antisipasi yang harus kita lakukan dan memerankan APBN sebagai shock absorber, bagaimana kita memastikan pada titik krusial tertentu APBN siap melakukan perannya.
JAKARTA - Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) telah disiapkan untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan. Sebagai contoh, beras menjadi komoditas yang mengalami kenaikan harga belakangan. Kenaikan harga beras tidak hanya menjadi isu Indonesia, tetapi juga pada level global.
"Harga beras ini sudah menjadi masalah yang besar di seluruh dunia secara global. Ini antisipasi yang harus kita lakukan dan memerankan APBN sebagai shock absorber, bagaimana kita memastikan pada titik krusial tertentu APBN siap melakukan perannya," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, di Jakarta, Selasa (24/10).
Seperti dikutip dari Antara, tingkat inflasi tahunan pada September 2023 tercatat berada pada level 2,28 persen, turun bila dibandingkan tingkat inflasi tahunan pada bulan sebelumnya yang berada pada level 3,27 persen.
Meski inflasi tahunan menurun, komponen harga bergejolak (volatile food) mengalami inflasi ke level 3,62 persen yoy pada September 2023. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut salah satu kontributor inflasi harga bergejolak adalah komoditas beras.
"Ada beberapa belanja yang perlu kita genjot, terutama di sisi ketahanan pangan dan stabilitas harga. Inflasi memang turun, tapi inflasi volatile food itu meningkat. Harga bawang dan cabai deflasi, tapi harga beras inflasi. Jadi, memang ada harga-harga spesifik yang harus di-handle pemerintah," jelas Febrio.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya