Ancaman Kekeringan dan Kekurangan Air Semakin Nyata
Musim Panas 2023 Pecahkan Rekor Suhu Terpanas - Menurut catatan NASA musim panas tahun ini lebih hangat 1,2 derajat Celcius dibanding suhu rata-rata musim panas antara 1951 dan 1980.
PBB menyebutkan bumi saat ini bukan lagi mengalami global warming, tapi sudah masuk global boiling.
JAKARTA - Pemerintah dalam World Hydropower Congress yang berlangsung di Bali menyerukan perlunya mempercepat transisi energi dengan beralih ke energi hijau yang berkelanjutan guna menghindari kenaikan suhu bumi. Hal itu juga menyikapi perubahan iklim yang telah menimbulkan banyak bencana yang merugikan populasi dunia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri bahkan menyebutkan kalau bumi saat ini bukan lagi mengalami global warming, tapi sudah masuk ke global boiling.
PBB menyebutkan, kenaikan suhu bumi jika dibiarkan mencapai lebih dari 1,5 derajat Celsius, diprediksi akan mengakibatkan 210 juta orang mengalami kekurangan air, 14 persen populasi akan terpapar gelombang panas, dan 297 juta rumah akan terendam banjir pesisir, serta 600 juta orang akan mengalami malnutrisi akibat gagal panen.
Fenomena itu menjadi ancaman nyata bagi semua kalangan di berbagai belahan dunia yang membutuhkan kerja kolaboratif. Sebab itu, Indonesia harus memacu transisi energi dengan menambah skala energi baru terbarukan. Apalagi, Indonesia kaya akan potensi energi hijau. Berdasarkan kalkulasi, RI diperkirakan memiliki potensi hingga 3.600 gigawatt, baik dari matahari, angin, dari panas bumi, dari arus laut dari ombak, dari bioenergi dan juga hydropower.
Peneliti Sustainability Learning Center (SLC), Hafidz Arfandi, yang diminta pendapatnya mengatakan dampak perubahan iklim global cukup nyata dan semakin serius, dengan tingkat emisi global saat ini jika dibiarkan kemungkinan terjadi kenaikan suhu global bisa mencapai lebih dari 2 derajat Celsius.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya