Anak Tak Boleh Kekurangan Gizi
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dr Lysbeth Regina Pandjaitan.
Foto: ANTARA/HO-Pemkot JakutJAKARTA – Semua harus bekerja keras menekan jumlah anak kekurangan gizi karena akan menimbulkan stunting. “Target prevalensi stunting Jakarta Utara tahun 2025 sebesar 15,8 persen sesuai dengan pemuktahiran target prevalensi stunting nasional dan provinsi,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, dr Lysbeth Regina Pandjaitan, Senin.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara menangani anak stunting atau gagal tumbuh akibat kekurangan gizi. Saat ini jumlahnya mencapai 1.412.
Dalam menyembuhkan anak stunting, pemkot memulai dengan intervensi spesifik. Caranya dengan intervensi 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) yang dimulai dari ibu hamil sampai balita usia 2 tahun.
Menurut Lysbeth, upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain memastikan semua ibu hamil dipantau dengan Antenatal Care (ANC) atau pemeriksaan kehamilan terstandar, minimal 6 kali. Kemudian memastikan ibu hamil yang berisiko Kurang Energi Kronik (KEK) mendapatkan asupan makanan tambahan (PMT).
Selanjutnya memastikan bayi yang baru lahir mendapatkan skrining bayi baru lahir. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Setelah itu memastikan balita dipantau pertumbuhan dan perkembangannya setiap bulan. Kemudian, pemberian makanan tambahan kepada balita yang bermasalah gizi.
Lysbeth menambahkan, balita kategori weight faltering atau tidak naik berat badannya secara adekuat dan under weight atau berat badan kurang, diberikan PMT pangan lokal selama 14 hari. “Sedangkan balita gizi kurang diberikan PMT selama 56 hari. Balita Gizi buruk diberikan F-100 selama 90 hari,” tandasnya.
Lysbeth juga intervensi sensitif berupa skrining dan edukasi kesehatan kepada calon pengantin. Kemudian skrining anemia pada remaja puteri. Ada juga pemberian Tablet Tambah Darah dan mendorong penerapan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Dia menambahkan, penanganan atau penyembuhan balita stunting dilakukan dengan terapi Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus oleh dokter spesialis anak di RSUD Jakarta Utara. “Balita stunting dirujuk oleh Puskesmas ke RSUD untuk dipemeriksa secara komprehensif oleh dokter spesialis anak,” tandas Lysbeth.
Langkah serupa tengah dilakukan Pemerintah Kota Jakarta Barat. Jakbar bekerja sama dengan 20 dokter spesialis melakukan intervensi terhadap 400 balita yang terindikasi stunting. Kepala Sub Kelompok Kesehatan dan Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) Bagian Kesra Setko Jakarta Barat, Endang Tri Rahayu, menyebut dokter-dokter spesialis tersebut didatangkan RSUD dan fakultas kedokteran perguruan tinggi.
“Universitasnya adalah Trisakti, Tarumanegara, dan Ukrida. Ketiga universitas ini memiliki fakultas kedokteran,” ujar Endang. Intervensi dilakukan lewat program bertajuk “dijemput, diperiksa, diberikan nutrisi, dan diantar pulang” atau 4D.
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 3 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 4 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg
- 5 Desa-desa di Indonesia Diminta Kembangkan Potensi Lokal