AL Myanmar Tembaki Kapal Nelayan Thailand, Bangkok Layangkan Protes
Sebuah kapal nelayan Thailand hendak melaut dari desa nelayan Ban Nam Khem di pesisir barat Andaman beberapa waktu lalu. Pada Minggu (1/12) pemerintah Thailand memprotes terjadinya insiden penembakan dan penahanan ABK kapal nelayan Thailand
Foto: AFP/CHRISTOPHE ARCHAMBAULTBANGKOK - Thailand memprotes insiden yang melibatkan Angkatan Laut Myanmar yang menembaki kapal-kapal penangkap ikan Thailand, Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra mengatakan pada Minggu (1/12), setelah seorang nelayan tewas karena tenggelam, dua lainnya terluka dan puluhan lainnya ditahan dari salah satu kapal.
PM Shinawatra juga mempertanyakan klaim bahwa kapal-kapal nelayan tersebut telah memasuki wilayah perairan Myanmar ketika Angkatan Laut Myanmar menembaki kapal-kapal tersebut pada Sabtu (30/11) lalu.
Kementerian Pertahanan Thailand sebelumnya mengatakan dua dari 15 kapal penangkap ikan Thailand ditembaki ketika mereka berada antara 7,4 kilometer dan 10,6 kilometer di dalam perairan teritorial Myanmar dekat Provinsi Ranong di selatan Thailand.
“(Klaim) itu tidak meyakinkan,” kata PM Shinawatra ketika ditanya oleh wartawan apakah kapal nelayan Thailand melanggar batas wilayah perairan Myanmar. “Kami tidak mendukung kekerasan, apapun situasinya,” imbuh dia seraya menambahkan bahwa Thailand tengah mencari informasi lebih rinci mengenai insiden tersebut dan segera membebaskan empat warga negara Thailand yang termasuk di antara 31 nelayan yang ditahan.
Hingga Minggu malam pihak junta yang berkuasa di Myanmar belum menanggapi permintaan tanggapan atas insiden maupun protes dari Thailand ini.
Menteri Pertahanan Thailand, Phumtham Wechayachai, mengatakan sebuah surat yang memprotes penggunaan kekuatan telah dikirim ke Myanmar melalui mekanisme perbatasan setempat, menuntut rincian yang jelas tentang apa yang terjadi dan pengembalian segera kapal Thailand dan awak yang ditahan.
Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sangiampongsa, juga telah melayangkan surat keprihatinan atas insiden tersebut kepada pemerintah Myanmar dan memanggil duta besar Myanmar untuk bertemu pada tanggal 2 Desember untuk memberikan klarifikasi tentang apa yang terjadi dan pembebasan segera keempat warga negara Thailand tersebut.
Myanmar telah dilanda krisis sejak 2021 ketika militer merebut kekuasaan, menggulingkan pemerintah terpilih, dan memicu pemberontakan bersenjata dengan menghancurkan protes dengan kekuatan mematikan.
Tingkatkan Ketegangan
Sebelumnya seorang komandan Angkatan Laut Thailand di provinsi selatan Ranong, Suwat Donsakul, pada Sabtu melaporkan bahwa lebih dari 30 awak kapal penangkap ikan Thailand ditahan di perairan Myanmar setelah terjadi bentrokan dengan kapal lain yang menewaskan satu orang.
Suwat mengatakan beberapa kapal nelayan Thailand memang sedang beroperasi di perairan Myanmar saat terjadi insiden pada Sabtu. “ABK yang tewas melompat ke air saat serangan terjadi," kata dia seraya mengatakan bahwa dirinya telah menginstruksikan otoritas setempat untuk bernegosiasi dengan mitra mereka di Myanmar untuk menjamin pembebasan para nelayan tersebut.
Insiden tersebut mendorong departemen perikanan Provinsi Ranong untuk mengeluarkan peringatan kepada nelayan dan pemilik kapal untuk menghindari daerah dekat perbatasan laut Thailand-Myanmar.
Departemen perikanan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kapal penangkap ikan bersenjata Myanmar telah menyerang kapal penangkap ikan Thailand sekitar 20 kilometer sebelah barat Pulau Phayam, di lepas pantai Thailand, tanpa menyebutkan identitas tersangka penyerang.
Thailand dan Myanmar berbagi sekitar 2.400 kilometer perbatasan darat dan laut, termasuk di Laut Andaman.
Menurut pemberitahuan di situs web departemen perikanan Thailand, kapal-kapal nelayan Thailand telah beroperasi secara ilegal di perairan Myanmar, sehingga meningkatkan ketegangan antara kedua negara. AFP/ST/I-1