Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Akan Makin Suramkah Kondisinya, Jerman Sebut Pemerintah Baru Afghanistan Tak Memberi Optimisme

Foto : ANTARA/Pool via Reuters

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, Juni 2020.

A   A   A   Pengaturan Font

Berlin - Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas pada Rabu menyatakan keprihatinannya terhadap struktur pemerintahan sementara yang dibentuk oleh Taliban di Afghanistan.

Daftar kabinet yang diumumkan pada Selasa seluruhnya diduduki para pemimpin gerakan militan dan veteran perang gerilya yang berakhir dengan kemenangan Taliban pada Agustus lalu dan mengakhiri peperangan dua dekade di negara itu.

Negara-negara besar memberitahu Taliban bahwa mereka perlu memiliki pemerintahan inklusif yang mendukung janji-janji mereka untuk melakukan pendekatan yang lebih humanisdan menjunjung tinggi hak asasi manusia jika mereka menginginkan perdamaian dan pembangunan.

"Pengumuman pemerintah transisi tanpa keterlibatan kelompok lain dan kekerasan kemarin terhadap pengunjuk rasa dan wartawan di Kabul bukanlah sinyal yang memberikan kami alasan untuk optimistis," kata Maas sebelum bertemu dengan mitranya dari AS.

Namun, Maas mengatakan bahwa mereka bersedia melanjutkan pembicaraan dengan Taliban dalam upaya untuk memastikan lebih banyak orang dapat meninggalkan negara tersebut.

Afghanistan menghadapi tiga krisis secara bersamaan, lanjut Maas.

Selagi krisis pangan melanda banyak wilayah di Afghanistan akibat kekeringan, pengiriman dana bantuan internasional dibekukan.

"Dan jika pemerintahan yang baru tidak mampu menjalankan urusan negara, muncul ancaman kehancuran ekonomi setelah kehancuran politik - dengan konsekuensi (krisis) kemanusiaan yang lebih drastis," kataMaasmemperingatkan.

Sebelum bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di pangkalan militer AS di Ramstein, Maas menekankan perlunya koordinasi yang erat.

Dia mengatakan mereka akan membahas bagaimana berurusan dengan Taliban dan bagaimana mengevakuasi lebih banyak orang dari negara tersebut.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top