Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Agitasi Politik Uang

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Di satu sisi, jika tetap tidak melakukan politik uang, sebaik apa pun caleg tersebut berpotensi tidak akan terpilih. Namun jika melakukan politik uang, dia melacurkan harga diri. Belum lagi dengan biaya politik semakin meninggi. Seorang petinggi partai di Jawa Tengah dalam pelaksanaan pemilihan bupati mengungkapkan, calon yang didukung tidak terlalu mengharap perolehan suara dari politik uang.

Menurutnya, politik uang tidak bertujuan mendulang suara, namun hanya untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Uang diberikan agar publik antusias datang ke bilik suara. Jika yang dipilih bukan calon yang didukung, tidak masalah.

Kenyataan ini tentu saja menjadi tantangan baru penyelenggara pemilu. Sebab, politik uang bukan lagi dimaknai sebagai bagian dari cara instan memperoleh suara, tetapi sebagai terapi politik agar publik dapat berpartisipasi. Dalam konteks persepsi baru ini, penyelenggara pemilu tentu dilema.

Di satu sisi, publik diharapkan dapat berpartisipasi dalam hajatan politik. Namun, di sisi lain, warga enggan datang ke tempat pemungutan suara jika tidak diberi uang.

Sementara itu, uang dapat diperoleh dari kandidat. Sistem proporsional terbuka diberlakukan juga turut mempengaruhi sistem politik uang. Dalam sistem ini, kandidat tidak hanya bersaing dengan caleg beda partai, namun juga dengan internal partai.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top