Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek Ekonomi Global

Ada Kekhawatiran Resesi Ekonomi AS Lebih Cepat dari Perkiraan

Foto : ANTARA/Muhammad Ramda n

BI-Rate tetap di level 6,25 persen I Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ketiga dari kiri) bersama Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (ketiga dari kanan), dan para Deputi Gubernur (dari kiri) Aida S. Budiman, Doni P. Joewono, Juda Agung dan Filianingsih Hendarta memberikan pemaparan kepada media terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Selasa (21/8). BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap di level 6,25 persen, suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,5 persen, dan suku bunga lending facility tetap 7 persen.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan ketidakpastian pasar keuangan global mulai mereda dengan risiko yang masih tetap harus diwaspadai ke depan.

Ekonomi global pada 2024 diperkirakan tumbuh sebesar 3,2 persen dengan kecenderungan yang melambat.

Perry mengatakan ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik. Sementara itu, ekonomi Tiongkok belum kuat, dan ekonomi di kawasan Eropa terus membaik.

Pelambatan ekonomi AS berdampak pada meningkatnya pengangguran dan menurunnya inflasi yang lebih cepat ke arah sasaran inflasi jangka panjangnya, yaitu sebesar 2 persen.

"Perkembangan ini mendorong kuatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan," katanya.

Perkembangan tersebut menyebabkan penurunan imbal hasil (yield) US Treasury tenor dua tahun, yang diikuti dengan penurunan yield US Treasury tenor 10 tahun dan pelemahan dollar AS terhadap berbagai mata uang dunia.

Berbagai perkembangan tersebut mendorong meningkatnya aliran masuk modal asing dan memperkuat mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Ke depan, risiko terkait dengan kekhawatiran resesi ekonomi AS dan dinamika geopolitik di berbagai belahan dunia termasuk di Amerika sejalan dengan proses pemilihan umum di wilayah tersebut perlu terus dicermati.

"Kondisi ini memerlukan kehati-hatian dalam merumuskan respons kebijakan dari rambatan ketidakpastian global terhadap perekonomian domestik," katanya.

Tiongkok Melambat

Peneliti Ekonomi Celios, Nailul Huda, mengatakan prediksi perlambatan ekonomi global ini sudah disampaikan dalam beberapa bulan yang lalu di tengah tingginya suku bunga acuan dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat ke angka 4 persen.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan dipatok moderat di APBN 2025 yang saya prediksi bisa lebih lambat. Tahun depan ada di angka 4,8-5,0 persen saya rasa. Awal tahun depan bisa menjadi pemacu ekonomi tahun 2025," kata Huda.

Namun, tantangan inflasi awal tahun yang relatif lebih tinggi biasanya menghambat daya beli. "Maka penting bagi pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat ketika awal tahun depan," tegasnya.

Direktur Celios, Bhima Yudisthira, mengatakan ada kekhawatiran resesi ekonomi AS terjadi lebih cepat dari perkiraan, dan ini sebenarnya perpindahan modal asing ke aset negara berkembang cuma temporer.

Begitu pelemahan ekonomi AS terasa, tentu investor kembali cari aset aman, dan keluar dari negara berkembang.

"Kita perlu mewaspadai gelombang balik modal asing atau capital reversal, karena secara fundamental sebenarnya rupiah sedang rentan," kata Bhima.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top