Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

5 Perubahan di Bumi yang Nyaris Lampaui Batas Aman Selain Perubahan Iklim

Foto : The Conversation/Shutterstock

Perlindungan biosfer berarti memastikan keberadaan ekosistem alami di tengah peradaban manusia.

A   A   A   Pengaturan Font

Steven J Lade, Australian National University; Ben Stewart-Koster, Griffith University; Stuart Bunn, Griffith University; Syezlin Hasan, Griffith University, dan Xuemei Bai, Australian National University

Orang-orang sering menganggap bahwa Bumi selalu bisa memenuhi kebutuhan kita. Ketahanan dalam siklus Bumi kerap ditafsirkan sebagai alam raya yang selalu 'memberi'.

Namun, saat ini anggapan itu tengah diuji. Perkembangan peradaban manusia justru menimbulkan dampak lebih besar.

Dalam riset yang terbit 1 Juni lalu, kelompok ilmuwan (termasuk kami) yang tergabung dalam organisasi Earth Commission memetakan delapan batasan yang "aman" dan "adil" di lima sistem yang ada di bumi. Di antaranya adalah perubahan iklim, biosfer (seluruh tempat tinggal makhluk hidup), air bersih, dan penggunaan unsur hara dalam pupuk, dan polusi udara.

Riset ini sekaligus menjadi penelitian pertama untuk mengetahui batasan dalam perubahan sistem Bumi sekaligus dampaknya bagi manusia.
"Aman" berarti batasan tersebut berguna agar sistem planet kita tetap aman dan tangguh. Sementara itu, "adil" berarti batasan ini juga bertujuan meredam bahaya besar yang dapat terjadi kepada manusia. Keduanya menjadi tolok ukur kesehatan Bumi.

Pemeriksaan kesehatan Bumi bukanlah pekerjaan sederhana. Riset ini membutuhkan kepakaran dari 51 peneliti kawakan bidang ilmu alam maupun sosial. Kami menggunakan metode seperti pemodelan, tinjauan literatur, dan penilaian ahli. Kami pun menilai faktor-faktor seperti risiko titik kritis, penurunan fungsi sistem Bumi, variabilitas historis (perbedaan dari waktu ke waktu), dan efeknya bagi manusia.

Yang mengkhawatirkan, kami menemukan umat manusia telah menyebabkan terlampauinya batas aman dan adil bagi empat dari lima sistem Bumi. Secara global, hanya polusi udara yang kami anggap belum parah. Umat manusia membutuhkan tindakan mendesak, berdasarkan ilmu pengetahuan terbaik, untuk mengatasinya.

Apa yang kami temukan?

Penelitian kami berbasiskan konsep ambang batas Bumi - gagasan yang dicetuskan para ilmuwan sejak 2009. Kami lalu mencoba mengukur seperti apa batasan yang adil dan aman bagi seluruh makhluk.

Batasan yang aman dan adil kami tetapkan dari skala lokal ke global agar bisa digunakan untuk mengukur dan mengelola seluruh sistem di Bumi. Bahkan, dalam konteks keanekaragaman hayati, areanya bisa hanya seluas 1 km². Skala ini penting karena ada peran alam yang hanya berlangsung di tingkat lokal.

Inilah ambang batas tersebut:

1. Batasan iklim - pemanasan tak melebihi 1?

Perjanjian Paris menyepakati pembatasan pemanasan suhu global sampai ke 1.5?. Tujuannya untuk menghindari risiko besar yang memacu kejadian iklim berbahaya.

Saat ini, kita melihat pemanasan 1.2? membuat banyak orang terimbas bencana terkait iklim. Contohnya adalah gelombang panas yang terjadi baru-baru ini di Cina, kebakaran di Kanada, banjir besar di Pakistan, kekeringan di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Horn of Africa (wilayah semenanjung di Afrika Timur).

Dalam peningkatan suhu 1.5?, ratusan juta orang dapat terdampak temperatur tahunan yang melebihi 29?. Angka ini melampaui batasan aman bagi manusia sehingga bisa mematikan. Itulah mengapa upaya memangkas emisi karbon jadi sangat mendesak.

2. Ambang batas biosfer: Perluas ekosistem alami hingga 50-60% dari luas Bumi

Kesehatan biosfer penting dalam menjamin kondisi aman dan adil melalui penyimpanan karbon, pengaturan siklus air dunia dan kualitas tanah, perlindungan serangga penyerbuk, dan beraneka jasa ekosistem. Untuk melindungi jasa ekosistem, kita membutuhkan ekosistem alami yang terjaga sebesar 50-60% dari luas bumi.

Riset terbaru menempatkan besaran ekosistem alami sebesar 45-50% yang mencakup daratan berpenduduk jarang seperti sebagian Australia dan hutan hujan Amazon. Kedua area tersebut bahkan tengah tertekan karena aktivitas manusia dan perubahan iklim.

Dalam satu km² kawasan manusia (mencakup peternakan, kota, permukiman, dan kawasan lainnya) kita membutuhkan setidaknya 20-25% area untuk ekosistem alami. Saat ini, hanya sepertiga dari kawasan manusia yang memenuhi batas minimum ini.

3. Batasan air: Menjaga air tanah dan melindungi air sungai

Debit air yang terlalu banyak bisa bermasalah: seperti banjir di Australia dan Pakistan. Namun, pasokan air yang amat sedikit juga menjadi petaka, seperti kekeringan ekstrem yang mengganggu produksi pangan.

Untuk menyeimbangkan daur air, kita harus menjaga agar penambahan atau pun pengambilan air sungai tak melebihi 20% dari total debitnya dalam sebulan. Batasan tersebut ini belum mencakup faktor lingkungan di masing-masing daerah aliran sungai.

Saat ini, dengan rata-rata arus air global setahun, 66% kawasan daratan dunia masih belum melampaui batas. Namun ada dampak signifikan dari permukiman penduduk: separuh dari populasi dunia tinggal di kawasan ini. Air tanah di permukiman juga disedot habis-habisan. Saat ini, hampir separuh daratan dunia menjadi tempat pengisapan air tanah berlebihan.

4. Batasan pupuk dan unsur hara: Kurangi separuh limpasan air mengandung pupuk

Kala petani menggunakan pupuk berlebihan, hujan membawa nitrogen dan fosfor dari tanah ke sungai dan laut. Keduanya bisa menyebabkan ledakan alga yang merusak ekosistem dan memperburuk kualitas air minum.

Ironisnya, masih banyak daerah pertanian di negara miskin tak memiliki stok pupuk yang cukup. Inilah yang namanya ketidakadilan.

Di seluruh dunia, penggunaan nitrogen dan fosfor sudah melampaui batas aman dan adil hingga dua kali lipat. Pengurangan pemakaian pupuk berlebihan di banyak negara juga bisa menaikkan penggunaan pupuk di negara lain yang kekurangan.

5. Batas aman polusi aerosol: Pangkas polusi udara dan kurangi perbedaan antarnegara

Penelitian terbaru memaparkan perbedaan konsentrasi polutan aerosol di antara belahan bumi Utara dan Selatan dapat mengganggu pola aliran angin dan monsun. Artinya, polusi udara juga bisa mengganggu sistem cuaca.

Saat ini, konsentrasi aerosol belum mencapai level yang bisa mengubah cuaca. Namun, polusi partikel debu (dikenal sebagai PM 2,5) di udara di banyak negara tetap berbahaya karena mengakibatkan kematian 4,2 juta jiwa dalam setahun.

Kita harus memangkas polutan ini ke level yang aman - sekitar 15 mikrogram per meter kubik udara.

Kita harus bertindak

Kita harus segera bertindak menuju masa depan yang aman dan adil future dengan cara yang adil pula.

Supaya peradaban manusia tak lagi mengganggu keseimbangan Bumi, kita harus mengatasi berbagai cara yang menyebabkan kerusakan planet ini. Kita harus mulai menetapkan dan mencapai target yang berbasiskan sains.

Batas-batas aman yang sudah ditetapkan juga harus diterjemahkan oleh pemerintah dalam bentuk kebijakan. Caranya dengan menciptakan aturan dan sistem berbasiskan insentif untuk mendorong perubahan.

Penting bagi kita untuk mematok batas dan target. Perjanjian Paris memang memicu aksi perlindungan iklim yang cepat. Kita membutuhkan langkah serupa agar masih ada udara bersih, air bersih, serta menjaga kehidupan bagi manusia dan seluruh alam.

-

Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan dari Earth Commission, yang diselenggarakan oleh Future Earth, sebagai komponen sains dari Global Commons Alliance.The Conversation

Steven J Lade, Resilience researcher at Australian National University, Australian National University; Ben Stewart-Koster, Senior research fellow, Griffith University; Stuart Bunn, Professor, Australian Rivers Institute, Griffith University; Syezlin Hasan, Research fellow, Griffith University, dan Xuemei Bai, Distinguished Professor, Australian National University

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top