
38 North: Korut Kembangkan Pesawat Peringatan Dini
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi
Foto: AFP/Joe KlamarSEOUL - Media khusus Korea Utara (Korut) di Amerika Serikat, 38 North, melaporkan pada Selasa (4/3) waktu setempat bahwa Korut tampaknya tengah memproduksi pesawat peringatan dini (AEW) pertama, setelah merevisi pesawat angkut strategis buatan Russia dan aktivitas produksi tersebut diketahui hampir rampung.
Menurut 38 North, sebuah pesawat angkut strategis buatan Russia bernama Ilyushin IL-76 yang dilengkapi dengan kubah radar besar atau radome di atas badan pesawat terdeteksi di Bandara Internasional Sunan Pyongyang, Korut.
Laporan itu mengatakan bahwa kubah radar pesawat itu tampak mirip dengan yang terlihat pada pesawat AEW dari Tiongkok, dan bentuknya tidak seperti pesawat AEW milik Amerika Serikat atau Russia.
“Hal tersebut dapat dikatakan bahwa ada kemungkinan dukungan atau pengaruh dari Tiongkok, namun bentuk kubah radar itu tidak bisa menjadi bukti yang signifikan,” ungkap 38 North.
Terkait produksi AEW ini, pesawat milik Air Koryo terus dipantau melalui foto satelit sejak bulan Oktober tahun 2023 lalu, sehingga muncul perkiraan bahwa Korut tengah merevisi pesawat tersebut dengan AEW setelah mendapatkan dukungan teknologi dari Russia.
Saat muncul laporan dari 38 North ini, media rezim Korut belum mengeluarkan laporan resmi apapun mengenai AEW hingga saat ini.
Pengayaan Uranium
Sementara itu Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sebelumnya mengungkapkan adanya tanda-tanda berlanjutnya pengoperasian fasilitas pengayaan uranium di kompleks nuklir Yongbyon, Provinsi Pyongan Utara, serta di kawasan Kangson, dekat Pyongyang, Korut.
Dalam pidato pertemuan Dewan Gubernur IAEA di Wina, Austria, pada Senin (3/3) waktu setempat, Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi mengatakan bahwa reaktor air ringan di kompleks nuklir Yongbyon masih terus beroperasi, bahkan tampaknya infrastruktur pendukung tambahan telah dibangun di sekitar reaktor tersebut.
Grossi menambahkan bahwa reaktor 5MWe di kompleks nuklir Yongbyon dikonfirmasi sempat mengalami penghentian operasional selama sekitar 60 hari sebelum kembali beroperasi pada pertengahan Oktober tahun lalu.
Selanjutnya ia mengindikasikan bahwa selain adanya fasilitas pengayaan yang tidak dilaporkan di Kangson dan Yongbyon, instruksi pemimpin Korut, Kim Jong-un, untuk pencapaian melebihi rencana produksi bahan nuklir tingkat senjata, juga menimbulkan keprihatinan yang serius.
Grossi menegaskan bahwa peningkatan berkelanjutan dalam program nuklir Korut merupakan pelanggaran yang jelas terhadap serangkaian resolusi Dewan Keamanan PBB, seraya menyampaikan penyesalan yang mendalam atas situasi tersebut.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa rezim Pyongyang harus sepenuhnya mematuhi kewajibannya berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB, serta bekerja sama dalam pelaksanaan penuh dan efektif perjanjian Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT). KBS/I-1
Berita Trending
- 1 RI-Jepang Perluas Kerja Sama di Bidang “Startup” dan EBT
- 2 Soal Penutupan TPA Open Dumping, Menteri LH: Ada Tahapan Sebelum Ditutup Total
- 3 Jadwal Liga 1 Indonesia Pekan ke-26: Jamu Persik, Persib Berpeluang Jaga Jarak dari Dewa United
- 4 Rekrutmen Taruna TNI 2025 Sudah Dibuka, Ini Link Pendaftaran dan Syaratnya
- 5 Pemerintah Kota Banjarmasin-Kemenkum Perkuat Sinergi Layanan Kekayaan Intelektual
Berita Terkini
-
Cegah Kepadatan, Kemenhub dan Pemprov Banten Bahas Strategi Kesiapan Angleb 2025
-
DPR-Kejagung Gelar Rapat Tertutup Bahas Kasus-kasus Korupsi
-
Trump Tangguhkan Tarif Baru kepada Produsen Mobil Selama 1 Bulan
-
MILO Meluncurkan Kampanye Edukasi Cek Cek Labelnya
-
Pertamina Peduli Galang Bantuan dan Tim Medis untuk Korban Banjir Bekasi