3 Cara Agar Pendidikan di Papua Lebih Cerminkan Nilai dan Budaya Lokal
Salah satu Mama Papua terlibat dalam pembelajaran di kelas dengan berbagi cara pembuatan Noken, tas tradisional khas Papua, kepada siswa.
Pentingnya kerja sama tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016 serta Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan.
Tetapi, realita pelaksanaannya masih problematik. Di satu sisi, sekolah sering mengeluhkan orang tua Papua acuh tak acuh dan kurang kompeten dalam pendidikan anaknya. Di sisi lain, pelayanan sekolah yang kurang maksimal membuat orang tua dan masyarakat apatis.
Disinilah pentingnya membangun hubungan relasional yang kuat antara guru dengan orang tua dan komunitas adat Papua. Komunikasi yang terbuka dan saling menghormati menjadi dasar dalam menciptakan hubungan tersebut. Bahasa informal, sapaan akrab seperti "Mama" dan "Bapa" serta kunjungan periodik ke rumah orang tua dapat menciptakan atmosfer yang hangat.
Selain itu, menciptakan rasa kepemilikan atas sekolah dan pendidikan kepada orang tua dan komunitas adat Papua sangatlah penting. Terutama karena konsep pembelajaran kolaboratif dan berbasis komunitas adalah salah satu filosofi pembelajaran orang Papua.
Lebih dari sekedar pemangku kepentingan, orang tua dan komunitas lokal seharusnya menjadi co-leaders (pemimpin bersama) dalam seluruh aktivitas pendidikan di sekolah. Mereka dilibatkan dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program-program pembelajaran, karena merekalah penjaga pengetahuan dan penasihat budaya, yang dapat memberikan masukan dalam pengembangan kurikulum, serta membantu memelihara kebudayaan dan tradisi Papua di luar sekolah.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya