3 Cara Agar Pendidikan di Papua Lebih Cerminkan Nilai dan Budaya Lokal
Salah satu Mama Papua terlibat dalam pembelajaran di kelas dengan berbagi cara pembuatan Noken, tas tradisional khas Papua, kepada siswa.
Sayangnya, pendidikan di banyak sekolah di Papua masih belum inklusif. Selain absennya budaya Papua dan karakter anak-anak Papua dalam kurikulum dan buku pelajaran, tindakan diskriminatif yang terjadi di sekolah baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa non-Papua, membuat anak-anak Papua merasa tidak nyaman berada di sekolah.
Dari 22 orang tua Papua yang saya wawancarai untuk penelitian saya, mayoritas menyebutkan bahwa anak-anak mereka sering dirundung di kelas. Anak-anak non-Papua melabeli mereka hitam, keriting dan bodoh. Dalam kasus seperti ini, banyak orang tua menilai bahwa sebagian besar guru non-Papua lebih memihak kepada anak non-Papua.
Menurut para orang tua tersebut, ketidakseriusan dan ketidakadilan guru dalam menangani tindakan diskriminatif sering menimbulkan ketegangan dan bahkan perkelahian antara siswa Papua dan non-Papua. Bahkan, 2 orang tua melaporkan, akibat tindakan diskriminatif yang berujung pada pertengkaran, anak mereka mengalami trauma dan memutuskan tidak bersekolah lagi.
Kolaborasi pemangku kepentingan
Sekolah, orangtua, komunitas adat Papua, dan pemerintah harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung kebutuhan semua anak Papua.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya