Koran-jakarta.com || Kamis, 31 Agu 2023, 06:10 WIB

Inflasi Tinggi Lemahkan Kekaisaran Romawi

  • Sejarah
  • Romawi Kuno

Akibat banyaknya uang yang beredar, Kekaisaran Romawi mengalami hiperinflasi. Untuk menekan kemerosotan nilai mata uang ini, mereka berganti-ganti mata uang, namun pada akhirnya tidak berhasil.

Inflasi Tinggi Lemahkan  Kekaisaran Romawi

Ket.

Doc: Wikimedia Inflasi Tinggi Lemahkan  Kekaisaran Romawi

Kekaisaran Romawi bermula dari periode setelah 27 SM, ketika Kaisar Augustus berkuasa. Periode sebelumnya, yang dikenal sebagai Republik Romawi, berlangsung dari 509 SM hingga 27 SM. Monarki Romawi lebih kuno lagi dimulai oleh si kembar Romulus dan Remus pada 753 SM.

Jatuhnya Kekaisaran Roma menurut sejarawan tidak lepas permasalahan ekonomi seperti dilansir lamanAncient Origins. Terjadinya inflasi yang parah mengakhiri sebuah peradaban yang bertahan selama 1000 tahun. Padahal sebelumnya kekaisaran ini dapat bertahan dari segala macam tantangan.

Pada masaPax Romana(Perdamaian Romawi) antara 27 SM dan berakhir pada 180 M, periode masa damai ini sedikit mengalami perselisihan internal, terjadi kemajuan teknologi yang masif, dan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Semua keberhasilan ini sebagian besar disebabkan diperintah diawasi oleh beberapa kaisar Roma terbesar yang pernah ada.

Sayangnya, abad-abad setelahPax Romanakisah yang berbeda. Kekaisaran Romawi dilanda kepemimpinan yang tidak efektif, konflik internal, dan serangkaian bencana. Secara khusus, perekonomian Romawi yang dahulu kuat, dihancurkan oleh inflasi, sebuah aspek yang sering diabaikan dalam kejatuhan Roma oleh sejarawan.

Salah satu risiko dari sistem transaksi dengan mata uang adalah inflasi. Sistem barter misalnya, tidak akan mengenal inflasi karena tidak mengenal mata uang. Pada masa Romawidenariusadalah koin perak yang digunakan oleh orang Romawi kuno, digunakan sebagai mata uang nasional Roma sejak sekitar tahun 211 SM.

Cetakan ini terus dicetak hingga abad ketiga Masehi, yang berarti penggunaannya berlangsung selama lebih dari 400 tahun.Denariusbukanlah satu-satunya mata uang yang digunakan oleh Romawi, mata uang sebelumnya adalahas(digunakan sejak abad keempat SM) telah ada sebelumnya, tetapi semuanya bernasib sama.

Mata uang-mata uang itu akhirnya menjadi terdevaluasi dan kemudian diganti dengan mata uang baru. Setelahasmunculdenarius, muncullahantoninianus, yang diberlakukan sebagai tindakan sementara oleh Kaisar Romawi Caracalla untuk mengekang inflasi, sama sepertidenariusyang saat diberlakukan sebelumnya.

Berbeda dengan mata uang modern, nilaidenariustidak didasarkan pada seberapa baik kinerja perekonomian Romawi, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, atau cadangan emas. Sebaliknya, mata uang tersebut malah mendukung dirinya sendiri. Artinya, nilaidenariusdidasarkan pada nilai perak pada koin tersebut atau sama saja dengan koin emas hari ini.


Awal Masalah

Peredarandenariusterbukti menjadi masalah besar ketika pertama kali diperkenalkan. Membuat mata uang dari logam mulia terdengar seperti ide yang cerdas sampai menganggapnya berharga karena lebih jarang dibandingkan logam tidak mulia.

Kekaisaran Romawi hanya memiliki jumlah perak yang terbatas yang masuk ke wilayahnya, sehingga sangat membatasi jumlahdenariusyang dapat dicetak. Ini berarti jumlahdenariusyang beredar tidak cukup. Untuk mengatasinya, negara mencetak uang kertas dan koin baru setiap tahun.

Pada prinsipnya orang tidak bisa membelanjakan apa yang tidak mereka miliki. Namun para kaisar Romawi cenderung memiliki proyek mahal seperti perang, monumen, permainan gladiator, dan lain-lain. Peredarandenariusyang kecil membuat pendanaan untuk karya-karya besar ini hampir mustahil dilakukan.

Para pejabat Romawi memberikan solusi yang awalnya sederhana. Yang perlu mereka lakukan hanyalah menurunkan kemurniandenariusdengan menggunakan bahan yang lebih murah selain perak sehingga bisa mencetak lebih banyak koin dan sirkulasinya meningkat.

Koin-koindenariusyang berhasil dicetak digunakan untuk proyek-proyek kesayangan kaisar dan memperbaiki infrastruktur Roma. Selain itu pemerintah memberi koin-koin baru tersebut ke tangan masyarakat. Rencana ini tampaknya bagus sampai bahwa seluruh nilai koin tersebut seharusnya didasarkan pada pengurangan kandungan peraknya.

Seiring berjalannya waktu, apa yang tadinya terjadi pada mata uangas, mulai terjadi padadenarius. Prosesnya memakan waktu lama yaitu selama abad kedua dan ketiga masehi sebelum nilainya benar-benar merosot dan dilakukan devaluasi.

Ini adalah awal dari berakhirnya mata uang Romawidenarius. Penurunan nilai mata uang itu menciptakan hiperinflasi. Hal ini menyebabkan nilai uang menurun dengan sangat cepat, harga-harga naik dan uang kehilangan seluruh daya belinya. Meskipun tidak mempunyai angka konkretnya, para sejarawan dan ekonom memperkirakan bahwa inflasi Romawi mencapai sekitar 15.000 persen antara 200 dan 300 Masehi.

Untuk mengantisipasinya, Kaisar Diocletian memberanikan diri dengan memilih opsi memperkenalkan kontrol harga bersama dengan koin perak baru yang disebutargenteus. Satuargenteusbernilai 50denarius.

Mata uang baru ini membantu memperlambat hiperinflasi, namun hanya sementara. Kurang dari satu dekade kemudian, satuargenteusbernilai 100 denarius. Inflasi yang tidak berkesudahan ini, ditambah dengan devolusidenarius, menyebabkan Kekaisaran Romawi kehabisan uang.

Untuk mencoba mendapatkan kembali sebagian dari uang ini, kaisar mulai melakukan apapun yang mereka bisa untuk meningkatkan pendapatan melalui pajak. Contoh klasik dari hal ini terjadi pada 12 M ketika Kaisar Caracalla mengumumkan bahwa semua orang bebas di kekaisaran saat itu menjadi warga negara dengan tujuan meningkatkan basis pajak kekaisaran. hay/I-1

Tim Redaksi:
H
I

Like, Comment, or Share:

Tulisan Lainnya dari Haryo Brono

Artikel Terkait