IEA: Krisis Energi Dunia Bisa Menjadi Lebih Buruk
- Energi
- Krisis
SYDNEY - Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA), Fatih Birol, memperingatkan tekanan global pada pasokan energi yang memicu kekurangan yang menyebabkan lonjakan harga listrik dan bahan bakar bisa menjadi lebih buruk, menurut kepala Badan Energi Internasional.

Ket. Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA), Fatih Birol, mengatakan, seluruh sistem energi berada dalam kekacauan setelah serangan Rusia ke Ukraina.
Doc: Istimewa
"Dunia belum pernah menyaksikan krisis energi besar seperti itu dalam hal kedalaman dan kompleksitasnya. Kita mungkin belum melihat yang terburuk ini mempengaruhi seluruh dunia." kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol, di forum energi global di Sydney, Selasa (12/7).
Menurut Birol, seluruh sistem energi berada dalam kekacauan setelah invasi Russia ke Ukraina pada Februari, yang pada saat itu bertindak sebagai pengekspor minyak dan gas alam terbesar dan pemain utama dalam komoditas. Melonjaknya harga mengangkat biaya pengisian bensin kendaraan, pemanas rumah dan industri di seluruh dunia, menambah tekanan inflasi dan menyebabkan protes mematikan dari Afrika hingga ke Sri Lanka.
"Seperti krisis minyak 1970-an, yang mendorong peningkatan besar dalam efisiensi bahan bakar dan ledakan tenaga nuklir, dunia mungkin melihat adopsi kebijakan pemerintah yang lebih cepat yang mempercepat transisi ke energi yang lebih bersih," kata Birol.
Sementara itu, Seperti dikutip dari straitstimes, keamanan pasokan migas akan terus menjadi tantangan bagi Eropa, dan juga kawasan lain.
"Musim dingin di Eropa ini akan sangat, sangat sulit. Ini adalah perhatian utama, dan ini mungkin memiliki implikasi serius bagi ekonomi global," kata Birol.
Menteri Energi Amerika Serikat (AS), Jennifer Granholm, mengatakan pada forum yang sama, dampak bagi sektor energi global ketika AS dan sekutunya menantang Presiden Vladimir Putin atas perang di Ukraina dan mencari alternatif untuk ekspor Rusia, telah menyoroti kebutuhan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Anda mungkin tertarik:
"Langkah kami untuk membersihkan energi secara global bisa menjadi rencana perdamaian terbesar dari semuanya. Kami ingin dan perlu bergerak untuk membersihkan," katanya.
Menurut Granholm, negara-negara perlu waspada agar tidak beralih ketergantungan pada satu pemasok energi dominan, Rusia, dan mulai beralih ke yang lain dalam peralihan ke energi bersih.
"Tiongkok memiliki banyak teknologi dan rantai pasokan, dan itu bisa membuat kita rentan jika kita tidak mengembangkan rantai pasokan kita sendiri," katanya.
Menurut IEA, negara tersebut mengendalikan sekitar 80 persen dari rantai pasokan global untuk tenaga surya, yang akan meningkat menjadi 95 persen pada 2025.
Tiongkok mendominasi sebagian besar sektor baterai lithium-ion, merupakan produsen utama turbin angin dan berusaha untuk segera membangun kapasitas dalam teknologi hidrogen bersih.
Pakar di Universitas New South Wales, Martin Green, pada konferensi tersebut mengatakan, dengan perkembangan termasuk AS yang membatasi impor produk dari wilayah Xinjiang, Tiongkok,dan pajak yang telah lama dibahas di Eropa atas impor barang yang dibuat dengan energi karbon tinggi dapat membantu mendiversifikasi rantai pasokan surya dengan membuka peluang bagi produsen seperti India.
"Dengan membangun rantai pasokan energi bersih yang tangguh, kita dapat melindungi ekonomi kita dari guncangan krisis berikutnya," kata Menteri Perubahan Iklim dan Energi Australia, Chris Bowen, dalam pidatonya di forum tersebut."Tidak ada waktu untuk di sia-siakan," tegasnya.