Mendulang Berkah dari Banjir Awal Tahun 2020
B anjir tidak selalu menjadi musibah. Bagi sebagian kelompok atau orang, banjir bisa berkah dan mendatangkan rizki, meski bagi sebagian lain adalah musibah. Banjir awal tahun 2020 yang melanda di Jakarta dan sekitarnya, bagi pemu- lung adalah berkah karena panen barang rongsokan yang dibuang oleh korban banjir.

Ket.
Doc: ANTARA/LAILY RAHMAWATY
"Ya, banjir bawa berkah kalau kami nyebutnya, banyak barang bagus kami dapat - kan," kata Yanto, 48 tahun, di Kemang Selatan X, Kelurahan Bangka, Jakarta Selatan, akhir pekan lalu.
Pria yang berasal dari Indramayu, Jawa Barat, ini mendapatkan tiga kasur spring bed , satu kipas angin, dan benda plastik lainnya yang telah dibuang pemiliknya yang jadi korba banjir.
Umumnya barang itu dibuang ke tempat penam- pungan sementara sampah yang ada di dekat perumahan lokasi banjir karena rusak terendam banjir. Seperti kasur spring bed yang didapatkan Yanto yang diambil adalah kawat yang di dalam kasur. Jika dijual ke penam- pung rongsokan dihargai 12 ribu rupiah per kg.
Dari tiga kasur tersebut, Yanto bisa mendapatkan 36 ribu rupiah. Belum lagi barang rongsokan lainnya yang berhasil dikum- pulkannya sejak siang, semisal panci, besi rongsokan dan peralatan elektronik megicom.
Jika hari biasa Yanto me- ngantongi uang 50 ribu rupiah dari memulung plastik-plastik, di saat banjir bisa dapat lebih karena barang rongsokan yang dibuang lebih besar dan beragam.
"Ya, kalau dapat yang gede- gede seperti panci, besilah bisa dapat lebih," kata Yanto yang sudah dua tahun jadi pemulung. Yanto tidak sendirian yang mendulang berkah dari banjir yang terjadi sejum- lah permukiman di Jakarta.
Anda mungkin tertarik:
Pendi, 21, tahun, rekan Yanto sesama pemulung, yang sudah mendapatkan banyak barang seperti kaleng makanan, perka- kas rumah tangga, satu televisi, tiga mini compo , satu feeling cabinet plastik dan berkarung benda rongsokan lainnya. Pendi lebih banyak mendapatkan barang rongso- kan sisa banjir karena sudah sejak subuh mencari di tempat pembuangan sampah.
"Kalau enggak dari pagi bisa keduluan petugas PPSU yang mengangkat sampah, bisa-bisa barang sudah diang - kutin duluan," kata pemuda asal Indramayu tersebut.
Cincin Emas Pendi merantai ke Jakarta dari Indramayu diajak be- kerja sebagai pemulung oleh temannya. Ia mengaku tidak malu bekerja sebagai pemu- lung yang penting halal.
Baginya kalau malu bekerja enggak bisa makan. Uang dari hasil pemulung dia kumpul- kan dan disisihkan untuk dibawa pulang ke Indramayu menghidupi ayah, ibu, dan adik-adiknya. "Pulang setiap dua bulan sekali, kalau pulang ya bawa uang tak kasihin orang tua," katanya. pin/Ant/P-5