Menikmati Pesona Pantai Tiga Warna
Foto: KORAN JAKARTA/Wachyu ApPantai dan gunung tetap menjadi tempat favorit bagi para wisatawan. Indonesia yang di setiap pulau memiliki jajaran pegunungan sekaligus sebagai negara kepulauan dengan garis pantai mencapi 99 ribu kilometer, menjadikan negara kita sebagai surga perjalanan dengan destinasi wisata yang superlengkap.
Pantai sebagai pintu gerbang ke laut lepas memang penuh daya tarik bagi wisatawan. Beraneka ragam kegiatan rekreasi bisa kita dilakukan mulai berenang, bermain di pasir, atau sekadar menikmati segarnya kelapa muda sambil berfoto-foto.
Kawasan Malang Raya adalah satu wilayah yang memiliki potensi wisata yang lengkap di Jawa Timur. Terdiri dari Kota Malang, Batu, dan Kabupaten Malang, kawasan ini memang telah lama dikenal sebagai sentra wisata Jawa Timur. Selain terletak di lereng Gunung Arjuno dan tak jauh dari Gunung Bromo, ketiganya juga dekat dengan daerah pesisir selatan Jawa Timur yang kaya akan pantai-pantai nan indah.
Salah satu destinasi wisata bahari yang tengah naik daun di Kabupaten Malang adalah Pantai Tiga Warna yang berada di Desa Tambak Rejo, Pedukuhan Sendang Biru, Kecamatan Sumber Manjing Wetan. Sebutan "Tiga Warna" pada pantai yang terletak enam jam perjalanan darat dari Surabaya ini berasal dari warna air laut dan pasir pantainya yang berselang-seling, biru tua, biru muda, dan cokelat kemerahan.
Degradasi atau perubahan warna yang mencolok seolah ada
garis batas di lokasi wisata ini yang menjadikan Pantai Tiga Warna terkenal. Apalagi di tengah demam penggunaan media sosial, sehingga orang gemar mengunggah foto-foto yang apik. Di kawasan ekowisata ini, pengunjung dapat melakukan beragam aktivitas, mulai snorkling, berenang, menanam bibit mangrove, atau sekadar narsis mengambil gambar air laut dengan aneka warna berlatar Pulau Sempu yang hanya berjarak 100 meter dari garis pantai.
Perjalanan mencapai pantai pun menjadi keseruan tersendiri bagi pengunjung. Pasalnya, kendaraan roda empat tidak bisa masuk, pengunjung harus melakukan tracking pada jalur yang telah disiapkan. Ditemani seorang pemandu, setiap kelompok wisatawan akan dibawa menyusuri jalur ber-paving, hutan manggrove, kebun pisang, maupun sejumlah pantai yang berada di kawasan Clungup ini.
Sebelum mencapai tujuan akhir Pantai Tiga Warna, setidaknya terdapat beberapa pantai yang memilki daya tarik dan keindahannya masing-masing. Sebut saja Pantai Batu Pecah, dengan ikon batu karang menjulang yang akan tampak spektakuler terkena pecahan ombal laut selatan menerpa, atau Pantai Gatra yang dapat digunakan pengunjung bermain kano dan memiliki camping ground di pasirnya.
Pantai yang dibuka pada pertengahan 2014 tersebut, kini menjadi tujuan favorit wisatawan tidak hanya oleh masyarakat Malang Raya saja, namun juga pengunjung dari berbagai daerah di Jawa Timur, bahkan luar negeri. Suasana alam di sekitar pantai memang memesona setiap orang yang datang, hijaunya rerimbunan hutan lindung di Pulau Sempu yang berdekatan, pasir pantai yang bersih dan terasa lembut di kaki, pemandangan warna laut yang selang-seling berpadu dengan warna langit biru dan awan-awan menjadi kesatuan yang indah.
Kebersihan merupakan salah satu poin lebih kawasan yang berada di area konservasi hutan mangrove, terumbu karang, dan hutan lindung ini. Meski dipadati pengunjung, tak nampak satu pun sampah di pantai. Kalaupun ada, itu pun hanyalah ranting dan dedaunan yang hanyut dibawa ombak. Tak mengherankan, kondisi ini rupanya memang telah dirancang oleh pihak pengelola, Clungup Mangrove Conservation (terletak di kawasan Clungup) yang mengonsepnya sedemikian rupa.
Wisatawan yang ingin datang harus mendaftar jauh-jauh hari karena setiap hari kawasan ini hanya dibuka untuk kuota 100 orang pengunjung. Meskipun garis pantai Tiga Warna hanya sekitar 60 meter, namun pengunjung tak terlalu berjejalan, dan soal sampah lebih mudah dikontrol. Bahkan hebatnya untuk urusan sampah, begitu pengunjung masih berada di gerbang pintu masuk yang jaraknya berada sekitar 300 meter dari lokasi, petugas loket akan langsung menginventaris potensi sampah pengunjung.
Setiap barang bawaan berupa kemasan makanan, minuman, dan tas plastik akan dihitung. Bila saat wisatawan akan meninggalkan lokasi kedapatan jumlahnya tidak sesuai dengan data semula, akan dikenakan denda per item-nya. Petugas kebersihan pun di pantai tak henti-hentinya mengumpulkan daun dan ranting di sela riak gelombang dan pasir yang lembut.
Rute menuju Pantai Tiga Warna tak terlalu sulit. Dengan pesawat atau kereta api kita bisa mencapai Kota Malang sebagai base camp, dilanjutkan perjalanan darat dari Malang dengan mengambil jalur melalui Gadang. Kemudian, dilanjutkan hingga persimpangan Sendang Biru. Sesampai di Jalur Lingkar Selatan, kita tinggal mengikuti papan petunjuk arah menuju Pantai Goa Cina, dam sejumlah pantai eksotis lainnya, seperti Pantai Bajul Mati, Pantai Cina, hingga persimpangan menuju TPI (Tempat Pelelangan Ikan), lalu ambil arah menuju Clungup Mangrove Convervation.
Setiap kelompok wisatawan dibatasi maksimal 10 orang untuk bisa masuk, sedangkan bagi yang datang kurang dari jumlah itu dapat bergabung dengan kelompok lain untuk kemudian menyewa pemandu. Wisatawan bisa memilih paket-paket yang disediakan pengelola, mulai paket lengkap, termasuk makan siang, main kano, dan mengunjungi setiap pantai yang ada di kawasan Clungup, atau hanya memilih beberapa pantai yang diinginkan, dengan Pantai Tiga Warna sebagai tujuan utama. SB/E-3
Pantai Bajul Mati Menjadi Perhatian Pengunjung
Bagi wisatawan yang berkendara menempuh perjalanan menuju Pantai Tiga Warna di Jalur Lintas Selatan, Kabupaten Malang, akan disambut pemandangan kawasan pesisir yang eksotis. Ya, selain kawasan ekowisata Clungup, Malang Selatan kaya akan pantai-pantai yang memesona. Salah satu yang selalu menarik perhatian pengunjung adalah Pantai Bajul Mati. Terletak sekitar 15 menit perjalanan dari pertigaan Malang- Sendang Biru, kawasan dengan garis pantai yang cukup panjang dan deretan karang yang menjulang di antara biru ombak dan langit ini selalu "sukses" menarik perhatian yang lewat. Akses pantai yang sangat dekat dari jalan raya juga membuat pantai ini mudah dijangkau dan ramai oleh wisatawan.
Berada di Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, pantai yang pertama kali ditemukan pada tahun 1890-an ini memiliki hamparan pasir putih yang memanjang membentuk garis pantai hingga lebih dari 100 meter. Wisatawan dapat menikmati pemandangan hamparan pulau bebatuan karang yang terlihat begitu dahsyat menawan. Tonjolan karang yang gagah menjulang, seolah menantang langit biru yang menyelimuti horizon, di antara desis segar angin laut dan bau harum ombak.
Nama "Bajul Mati" sendiri berasal dari salah satu batuan karang yang membentang tak jauh dari pasir. Karang yang selalu diselimuti gemercik buih ombak itu tampak mirip dengan bentuk tubuh bajul (buaya dalam bahasa Jawa) yang seolah diam mengintai mangsa.
Sayangnya, kontur pantai yang curam dan dipenuhi karang tajam dengan ombak laut selatan yang ganas menjadikan lokasi ini hanya bisa dapat untuk sekadar dikagumi alias terlarang digunakan untuk berenang. Bagi pengunjung yang masih ingin bermain air dengan aman, dapat mencobanya di salah satu bagian bibir pantai pada sisi barat karena adanya sebuah muara sungai yang berair tenang dengan airnya yang jernih kehijauan. Selain berfoto ria, kita juga dapat bersantai menikmati hidangan kelapa muda atau ikan bakar yang banyak dijajakan oleh penduduk setempat.
Sebuah gua di lokasi pantai bernama Goa Wil juga dapat dikunjungi. Terletak di sisi timur pantai, pengunjung bisa mencapainya dengan berjalan kaki sejauh 200 meter dari pintu masuk pantai. Posisi goa tepat berada di bawah sebuah bukit karang, dikelilingi dengan kebun kelapa dan ketela pohon yang ditanami warga. Lubang goa tidak terlalu menjorok ke dalam karena hanya terbentuk oleh abrasi ombal pada batu karang.
Salah satu kelebihan pantai Bajul Mati adalah pengunjungnya yang relatif sepi sehingga menimbulkan suasana tenang dan nyaman. Wisatawan dapat benar-benar menikmati keindahan alam. Pantai hanya akan ramai dipadati pengunjung pada saat perayaan hari besar seperti Idul Fitri dan hari-hari libur lainnya. Satu minggu setelah Lebaran, terdapat prosesi Larung Ketupat, yang selalu ramai disaksikan pengunjung. SB/E-3
Redaktur:
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik