YKI Ajak Cegah Kanker Serviks dengan Deteksi Dini dan Vaksinasi
Acara diskusi berjudul Pelajari, Cegah dan Lakukan Skrining Kanker Serviks, yang diadakan Yayasan Kanker Indonesia didukung program Dedikasi untuk Negeri dari Bank Indonesia di Jakarta pada hari Kamis (28/11).
Foto: Haryo Brono/Koran JakartaJAKARTA – Kesadaran terhadap bahaya kanker serviks atau kanker leher rahim perlu terus digaungkan. Pasalnya jumlah penderita penyakit yang disebabkan oleh virus human papilloma virus (HPV), terus bertambah, sehingga berbagai upaya seperti deteksi dini dan vaksinasi perlu digalakkan.
Kanker Serviks di Indonesia menempati urutan kedua kejadian kanker pada perempuan di Indonesia. Kejadiannya sebanyak 36.964 kasus baru, mengakibatkan 20.708 kematian menurut data Globocan 2022 yang dirilis oleh The International Agency for Research on Cancer (IARC).
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, para wanita untuk tidak lengah. Sebab kejadian kanker serviks di Indonesia masih tinggi, padahal kanker serviks merupakan jenis kanker yang dapat dicegah.
“Oleh sebab itu, YKI terus melakukan edukasi guna meningkatkan pengetahuan tentang kanker serviks. Kami mendorong perempuan untuk tidak perlu takut ataupun malu melakukan vaksinasi HPV dan melakukan deteksi dini kanker serviks. Sebab kanker dapat disembuhkan jika ditemukan pada stadium awal,” kata dia dalam diskusi berjudul Pelajari, Cegah dan Lakukan Skrining Kanker Serviks, di Jakarta pada hari Kamis (28/110.
Sementara itu Dr. Kartiwa Hadi Nuryanto, Sp.OG(K)Onk., dalam paparannya menjelaskan, sebesar 95 persen kanker serviks pada wanita disebabkan oleh virus HPV. Umumnya terjadi pada perempuan di usia reproduksi.
“Hampir semua orang yang aktif secara seksual akan tertular pada suatu saat dalam hidupnya, biasanya tanpa gejala. Oleh sebab itu penting sekali melakukan pencegahan dengan vaksinasi, kontrol rutin dan menerapkan pola hidup sehat,” katanya.
Kartiwa mengutarakan, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Beberapa diantaranya adalah riwayat seksual secara aktif pada usia muda dibawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan seksual, dapat berkontribusi mempengaruhi meningkatnya kemungkinan terpapar HPV.
Selain itu, wanita yang merokok dua kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibandingkan mereka yang tidak merokok. Para peneliti percaya bahwa tembakau dapat merusak DNA sel serviks dan dapat pada perkembangan kanker serviks. Merokok juga membuat sistem kekebalan tubuh kurang efektif dalam melawan infeksi HPV.
Sistem imun tubuh yang lemah, seperti yang diakibatkan oleh virus HIV (virus penyebab AIDS), juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga berakibat pada risiko lebih tinggi terkena infeksi HPV,menurut laporan American Cancer Society berjudul Risk Factors for Cervical Cancer (2020),”
“Pencegahan terhadap kanker serviks sangatlah penting dilakukan, utamanya dengan vaksinasi HPV, deteksi dini dengan tes Pap Smear atau IVA secara rutin satu hingga dua tahun sekali, menerapkan pola hidup sehat, melakukan seks yang aman, olahraga yang baik, dan tidak merokok,” ungkap Kartiwa.
Pencegahan perlu dilakukan, mempertimbangkan penderitaan yang dialami sebagai pasien kanker serviks. Penderitaan yang dialami oleh pasien kanker serviks berpotensi lebih parah dan kompleks dibandingkan penderita kanker lainnya.
Dalam paparan bertajuk Memelihara Hidup Berkualitas pada Pasien Kanker Serviks, yang dibawakan oleh dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp.KFR, pakar paliatif YKI, menyebutkan bahwa tantangan yang dihadapi pasien kanker serviks meliputi dimensi kualitas hidup. Hal ini mengganggu berbagai aspek dalam kehidupan.
“Penderitaan yang dialami mencakup kekhawatiran fisik seperti gejala dan rasa sakit, kemampuan fungsional, kesejahteraan keluarga, kesejahteraan emosional, spiritualitas, fungsi sosial, kepuasan terhadap pengobatan, orientasi masa depan, seksualitas, intimasi dan citra tubuh, serta fungsi pekerjaan,” ulas Nuhonni.
Dengan penderitaan multi dimensi yang dilalui pasien kanker serviks, perlu mendapatkan dukungan untuk memelihara hidup yang berkualitas. Hal ini perlu didukung dengan pelayanan paliatif yang meliputi kegiatan penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik, dukungan psikologis, dukungan sosial, dukungan kultural dan spiritual, perencanaan perawatan yang baik, perawatan akhir kehidupan, hingga dukungan dan persiapan selama masa duka,” jelasnya
Nuhonni menyimpulkan bahwa pelayanan paliatif adalah upaya menata kehidupan berkualitas dan kematian yang bermartabat. Oleh karenya YKI masyarakat untuk bekerjasama dalam memerangi kanker serviks.
Aur menambahkan, penanggulangan kanker serviks harus dilakukan bersama-sama. Bukan hanya kaum perempuan saja, tetapi juga harus melibatkan atau didukung kaum laki-laki, sehingga pencegahan kanker serviks tidak lagi menjadi hal yang tabu.
“Dukungan fasilitas, layanan dan akses terhadap vaksinasi HPV dan deteksi dini kanker serviks kini sudah semakin maju di Indonesia, dan perlu dimanfaatkan sebagai tekad kita bersama untuk mengurangi kejadian kanker serviks,” tutupnya.
Berita Trending
- 1 Menag Laporkan Penerimaan Gratifikasi ke KPK
- 2 Dua Petugas Pemilu di Jatim Meninggal Dunia, Tujuh Orang Sakit
- 3 Calon Wakil Wali Kota Armuji Sebut Warga Surabaya Cerdas Gunakan Hak Pilih
- 4 Cuaca Hari Ini, Wilayah Indonesia Umumnya Diguyur Hujan
- 5 KAI Ungkap 35.485 Tiket Kereta Jarak Jauh Terjual Keberangkatan Hari Pilkada
Berita Terkini
- Terus Bertambah, KPK Kembali Tahan Tiga Tersangka Korupsi Proyek Pekerjaan Jalur Kereta
- Ini Target Pelatih Shin Tae-yong untuk Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
- Latihan Fisik Jadi Menu Perdana Latihan Timnas Indonesia Menuju AFF
- Akhirnya Tiga Jenazah WNI Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Malaysia Bisa Dipulangkan
- Tahan Imbang Port FC 2-2, Peluang Persib ke 16 Besar AFC Champions League Masih Terbuka